Selasa, 25 Desember 2012

GITA SWARA FM:

Sejarah Berdirinya Ponpes Bayyinul Ulum Santong

25 Desember 12 | 09:31

Santong,(SK),-- Berdirinya suatu lembaga atau sebuah organisasi tentu tidak terlepas dari peran orang-orang penting yang melingkarinya.
Sebut saja, misalnya lembaga-lembaga pendidikan yang bernaung di bawah Yayasan Pondok Pesantren Bayyinul Ulum Santong Kecamatan Kayangan Kabupaten Lombok Utara, dibawah asuhan TGH.Sukarman Azhar Ali yang saat ini berkembang pesat di lereng sebelah utara Gunung Rinjani.
Menurut Sabidi,S.Pd, salah seorang tokoh yang merintis awal berdirinya lembaga-lembaga yang ada di bawah naungan Yayasan Bayyinul Ulum Santong ini, menceritakan kepada penulis ketika bertandang ke Ponpes tersebut Sabtu (22/12/2012) lalu.
Diceritakan, berawal pada tahun 1984-1985 silam, sebelum berdiri Madrasah Ibtidaiyah (MI), proses belajar mengajar memang sudah dimulai.Namun pada saat itu, namanya bukan MI tetapi masih berstatus Diniyah.Pada tahun 1986 saat itu siswa-siswi Diniyah ini sudah ada yang kelas I s/d VI dan pertamakali menamatkan, padahal proses KBM-nya baru di mulai tahun 1984-1985.Sehingga secara historis,menurut Sabidi, Madrasah Ibtidaiyah yang tadinya berstatus Diniyah, karena menamatkan siswa-siswinya dan untuk memperoleh pengakuan pada saat itu, Diniyah ini berubah menjadi Madrasah Ibtidaiyah (MI). Akte pendiriannya pun berlaku surut menjadi tahun 1981.

Pada tahun 1986, lanjut Sabidi, Diniyah yang sudah berubah menjadi MI ini pun menamatkan siswa-siswinya untuk pertamakali. Kemudian, para sesepuh sekaligus perintis berdirinya lembaga ini bingung, siapa yang harus menanda tangani lapor bulan maupun STTB di lembaga tersebut. Karena pada saat itu yang boleh menanda tangani berkas itu harus orang yang ber-NIP.Sementara di lembaga tersebut tidak ada yang ber-NIP.
Oleh pihak Yayasan di musyawarahkan untuk menentukan siapa yang diangkat untuk menjadi Kepala MI BUS Santong pertama ini.Musyawarahpun di gelar dan disepakati mengangkat salah seorang PNS yang ber-NIP bernama Buda (Penjaga SDN 2 Santong), yang secara kebetulan tinggal di Santong Asli dekat dengan Madrasah.Jadilah Buda sebagai Kepala Sekolah yang pertama MI Bayyinul Ulum Santong (BUS) yang akan menanda tangani lapor bulan dan STTB tamatan yang pertama tahun 1986 itu. ”Kepala MI BUS Santong ini terbentuk secara alami, karena pada saat itu kewalahan masalah lapor bulan dan yang akan menanda tangani STTB,”tandas Sabidi.
Kepala Sekolah yang diangkat inipun tidak berjalan dengan mulus. Di tingkat Kabupaten Lombok Barat, khususnya di Dinas P dan K jaman itu, mempertanyakan status Kepala Sekolah yang bernama Buda. Padahal ini sekolah agama Islam, kenapa Kepala Sekolahnya bernama Buda.Oleh pihak Yayasan dibantu Dinas P dan K Kecamatan Gangga waktu itu menegaskan bahwa memang benar Kepala Sekolah MI BUS Santong itu bernama Buda. ”Namanya memang Buda, tetapi bukan berarti dia beragama Budha,”cerita Sabidi.
Lebih lanjut Sabidi menceritakan, pada tahun 1986 itu, siswa-siswi yang baru tamat MI ini mau di tampung dan sekolah kemana, semua bingung.Akhirnya, di musyawarahkan lagi untuk membentuk lembaga yang lebih tinggi yaitu Madrasah Tsanawiyah (MTs).Sehingga jadilah lembaga MTs BUS Santong berdiri bersamaan dengan penerimaan siswa baru pada tahun 1986-1987 dengan Kepala Sekolah yang pertama Ma’ali.
MI yang sudah aktif KBM-nya sejak tahun 1981 itu, berkembang terus di bawah kepemimpinan Buda hingga tahun 1987. Tampuk pimpinan pun berganti, dari Buda ke Ma’ali pada tahun 1987 hingga tahun 2000.Kemudian pada tahun 2000, Ma’ali di ganti oleh Ust.L.Syarifudin hingga tahun 2004, lalu pada tahun 2004 hingga sekarang tampuk pimpinan di MI ini di pegang Ust.Abdul Rauf.
Kemudian ditingkat Madrasah Tsanawiyah (MTs) inipun perkembangannya hampir senasib dengan MI ketika baru mulai berdiri. Bersamaan dengan penerimaan siswa baru pada tahun 1986, gedung MTs pun baru mulai di bangun sebanyak 3 lokal. Dengan berdirinya fasilitas gedung tersebut, maka proses belajar mengajar dapat berjalan sebagaimana mestinya, yang walaupun tenaga pengajar maupun fasilitas pendukung lainnya di MTs ini masih minim.

Walau demikian, dalam perkembangan selanjutnya, di lembaga inipun masih terbentur dengan siapa yang harus menanda tangani pada setiap lapor bulan dan yang mennda tangani STTB. Maka untuk menyikapi hal tersebut, pihak Yayasan Bayyinul Ulum Santong, secara berturut-turut diangkatlah Tajudin pada tahun 1986 sebagai Kepala Sekolah yang pertama di MTs itu. Kepemimpinan Tajudin inipun cukup singkat hanya 4 tahun yaitu sejak tahun 1986 hingga tahun 1990.
Kemudian pada tahun 1990 tampuk pimpinan berikutnya di percayakan kepada Abdul Gaib Annas hingga tahun 1996. Abdul Gaib Annas pun bertahan hanya 6 tahun dan di ganti oleh Sabidi,S.Pd pada tahun 1996. Dibawah kepemimpinan Sabidi,S.Pd inilah banyak prestasi yang di toreh lembaga ini hingga kepemimpinannya berakhir pada tahun 2004.
Pada tahun 2004, Sabidi,S.Pd juga di ganti oleh Ust.L.Syarifudin hingga tahun 2008. Lalu pada tahun 2008 tampuk pimpinan di MTs BUS inipun berganti dari Ust.L.Syarifudin ke Nurul Watoni,S.Pd hingga tahun 2011 dan terakhir, Saefudin,S.Si sejak tahun 2011 hingga sekarang dipercaya pihak Yayasan BUS Santong untuk memegang tampuk pimpinan di MTs ini.
Ditingkat MA inipun perkembangannya timbul tenggelam.Sebagai perintis awal berdirinya MA Bayyinul Ulum Santong ini, Sabidi,S.Pd juga menceritakan sekilas tentang keberadaannya hingga perkembangannya pesat seperti keadaan sekarang ini.
Diceritakan oleh Sabidi, cikal bakal terbentuknya Madrasah Aliyah (MA) Bayyinul Ulum Santong ini memang sudah ada sejak tahun 1989, yang pada waktu itu untuk pertama kalinya dibentuk oleh Ust.Muh.Turmuzi,BA yang masih aktif di Depag Kabupaten Lombok Barat.Inipun hanya berlangsung selama satu tahun pembelajaran.Begitu pensiun sebagai PNS di Depag Kabupaten Lombok Barat, Ust. Muhamad Turmuzi,BA pindah ke Dangiang dan mendirikan Madrasah di sana. Namun karena Ust.Muh. Turmuzi,BA ini menginginkan mendirikan Madrasah itu harus independen, artinya tidak berkiblat ke salah satu organisasi besar di NTB ini. Oleh masyarakat Dangiang kala itu, tidak mau kalau Madrasah yang di dirikan itu di luar dari organisasi NW.Akhirnya Ust.Muh.Turmuzi,BA yang sekarang menjadi politisi partai Kedaulatan di DPRD KLU ini, kemudian pindah ke Empak Mayong Desa Kayangan dan mendirikan Pondok Pesantren Nurul Islam, dimana di dalamnya mengelola Madrasah baru yang bernama Madrasah Tsanawiyah Nurul Islam Kayangan (MTs Nika).
Bagaimana nasib MA BUS yang ditinggal Ust. Muhamad Turmuzi,BA tersebut? Inilah yang menjadi pemikiran para sesepuh di Yayasan Ponpes Bayyinul Ulum Santong kala itu di bawah asuhan TGH.Sukarman Azhar Ali.Akhirnya untuk mempertahankan keberadaan MA ini, diangkatlah Aludi AR (Algas AR) sebagai Kepala Sekolah baru menggantikan Ust.Muh.Turmuzi,BA. Sejak tahun 1989 hingga 1991, jadilah Algas AR yang melanjutkan tampuk pimpinan di MA Bayyinul Ulum Santong.

Namun perjalanan MA BUS dibawah kepemimpinan Algas AR waktu itu timbul tenggelam, yang akhirnya vakum selama 21 tahun. Jadi selama kurun waktu 21 tahun itu tidak ada kegiatan belajar-mengajar (KBM). Baru pada tahun 1999, keberadaan MA Bayyinul Ulum Santong yang sudah lama vakum itu, kemudian di hidupkan kembali pada jaman Kepala Sekolahnya Suhaemi,SE asal Gondang.
Proses kegiatan belajar mengajar di MA BUS dibawah asuhan Suhaemi,SE inipun bisa berjalan hanya beberapa tahun, kemudian pada tahun 2003 Suhaemi,SE di ganti oleh H.Artim,SH untuk memegang tampuk pimpinan berikutnya hingga sekarang.
Pondok Pesantren Bayyinul Ulum Santong yang secara historis keberadaannya cukup panjang tersebut, di bawah asuhan TGH.Sukarman Azhar Ali, kini sudah maju dengan pesat, sehingga pada tahun 2012 ini mengelola 4 lembaga yang keberadaannya juga patut diperhitungkan.Keempat lembaga itu antara lain, Diniyah memiliki 155 santri dengan tenaga pendidik 12 orang, MI memiliki 119 orang santri dengan tenaga pendidik 15 orang, MTs memiliki 315 orang santri dengan tenaga pendidik 34 orang dan MA memiliki 316 orang santri dengan tenaga pendidik 30 orang.(Eko)

0 komentar:

Posting Komentar