Kamis, 21 November 2013

GITA SWARA FM

DEFINISI KOMUNIKASI PEMASARAN



Terence A. Shimp (2003: 4) mendefinisikan ”Komunikasi pemasaran adalah aspek penting dalam keseluruhan  misi pemasaran serta penentu suksesnya pemasaran”. Komunikasi pemasaran juga dapat dipahami dengan menguraikan dua unsur pokoknya, yaitu komunikasi dan pemasaran. Komunikasi adalah proses pemikiran dan pemahaman yang disampaikan antar individu atau antara organisasi dengan individu.

Pemasaran adalah sekumpulan kegiatan dimana perusahaan dan organisasi lainnya mentransfer nilai-nilai (pertukaran) antara mereka dengan pelanggannya. Komunikasi pemasaran adalah kegiatan komunikasi yang dilakukan oleh pembeli dan penjual. Selain itu juga merupakan kegiatan yang membantu dalam pengambilan keputusan di bidang pemasaran serta mengarahkan pertukaran agar lebih memuaskan dengan cara menyadarkan semua pihak untuk berbuat lebih baik.

Bentuk-Bentuk Utama dari Komunikasi Pemasaran
Pemasar modern memerlukan lebih dari sekedar mengembangkan produk yang baik, menetapkan harga yang menarik, dan membuatnya dapat terjangkau. Perusahaan juga harus berkomunikasi dengan pihak-pihak yang berkepentingan sekarang dan yang akan datang, serta masyarakat umum. Setiap perusahaan mau tidak mau harus terjun sebagai komunikator dan promotor.

GITA SWARA FM: GITA SWARA FM:

UNDANG-UNDANG SIARAN RADIO DI INDONESIA DAN RADIO SWASTA



1.         Menurut UU Penyiaran nomor 32 tahun 2002 :
“Siaran adalah pesan atau rangkaian pesan dalam bentuk suara, gambar, atau suara dan gambar atau yang berbentuk grafis, karakter, baik yang bersifat interaktif maupun tidak, yang dapat diterima melalui perangkat penerima siaran.
Penyiaran adalah kegiatan pemancarluasan siaran melalui sarana pemancaran dan/atau sarana transmisi di darat, di laut atau di antariksa dengan menggunakan spektrum frekuensi radio melalui udara, kabel, dan/atau media lainnya untuk dapat diterima secara serentak dan bersamaan oleh masyarakat dengan perangkat penerima siaran. “
2.         Radio siaran merupakan komponen media komunikasi massa yang memiliki peran dan hubungan timbal balik dengan sejarah bangsa Indonesia. Dalam perkembangannya radio siaran tidak hanya harus memenuhi dan menciptakan selera public tapi juga punya peran di dalam membentuk opini serta control social. Di-awali oleh nuansa amatiran dilanjutkan dengan kuatnya posisi radio siaran sebagai sarana hiburan akhirnya berkembang memainkan peran cukup signifikan sebagai media massa.
Mengingat tidak mudah prasyarat untuk melanjutkan pengelolaan radio siaran swasta secara legal, dan begitu besar tuntutan fungsi peran radio siaran sebagai alat pendidik, penerangan, hiburan yang harus dijalankan dan akan terasa berat jika dipikul sendiri-sendiri, maka beberapa tokoh pengelola radio siaran swasta dikota-kota besar mengambil inisiatif membentuk wadah-organisasi lokal-regional, untuk memfasilitasi dan memperjuangkan kepentingan anggotanya, seperti berkoordinasi dengan Pemerintah, mengurus persyaratan perizinan dan penyesuaian ketentuan lainnya; sehingga lahirlah asosiasi seperti: Persatuan Radio Siaran Jakarta (PRSJ), Persatuan Broadcaster Bandung (PBB), Persatuan Radio Siaran Jawa Tengah (PRSJT), dan asosiasi sejenis di kota-kota besar lainnya.
Menyadari bahwa untuk pengembangan profesionalisme penyelenggaraan radio siaran swasta semakin kompleks; dan pembinaan melalui asosiasi tingkat lokal-regional secara sendiri-sendiripun menjadi tidak efektif, oleh sebab itu mulai difikirkan terbentuknya organisasi bersifat nasional. Maka atas prakarsa tokoh-tokoh Persatuan Radio Siaran Jakarta didukung tokoh-tokoh asosiasi atau tokoh radio siaran swasta berbagai daerah, digagas, dipersiapkan sampai berhasil diselenggarakan Kongres pertama Radio Siaran Swasta se-Indonesia yang melahirkan organisasi “Persatuan Radio Siaran Swasta Niaga Indonesia” disingkat PRSSNI di Balai Sidang Senayan Jakarta, pada tanggal 16-17 Desember 1974, dihadiri 227 orang peserta, mewakili 173 stasiun radio siaran swasta dari 34 kota di 12 provinsi saat itu. Pada Munas ke IV PRSSNI di Bandung tahun 1983, kata “Niaga” diganti “Nasional” sehingga menjadi PERSATUAN RADIO SIARAN SWASTA NASIONAL INDONESIA tetap disingkat PRSSNI.
Layaknya sebuah organisasi, PRSSNI memiliki Anggaran Dasar, Anggaran Rumah Tangga, Kode Etik/Standar Profesional Penyelenggaraan Radio Siaran, serta Program Umum. Memiliki perangkat organisasi, sistem dan mekanisme organisasi, yang pada setiap periode persidangan Munas tiga-tahunan diperbaharui, diselaraskan dengan kebutuhan.
PERTUMBUHAN RADIO SIARAN
Secara histories Radio Siaran Swasta telah melalui rangkaian perjalanan panjang penuh dinamika yang terlepas dari bagian sejarah perjalanan politik bangsa sejak tumbangnya orde lama. Pada awal kelahirannya, radio siaran swasta merupakan intensitas komunikasi bagi perjuangan mahasiswa dan pelajar ketika turut berperan menumbangkan rezim orde lama. Pada masa itu radio siaran masih disebut dan berstatus amatir bertebar dalam bentuk komunitas kampus.
Bahkan kalau kita mau jujur para aktivis yang berjuang lewat jalur komunikasi dan informasi dengan menggunakan perangkat radio pada awal kemerdekaan adalah berstatus amatir dan merupakan cikal bakal terbentuknya Radio Siaran Pemerintah dengan nama RRI setelah masa kemerdekaan.
Sepanjang Pemerintahan Orde Baru kehidupan RSS walaupun berkembang tapi penuh dengan keresahan dan tidak pernah mendapatkan perlindungan hokum karena undang-undang tentang penyiaran belum ada. RSS terus diawasi dengan dalih “Pembinaan..” keberadaan RSS pada masa lalu hanya berdasarkan PP No. 55 tahun 1970. yang semula dimaksudkan hanya sebagai pengatur kesemrawutan penggunaan frekuensi radio.
Dan ketika Orde Baru harus tumbang dirobokan arus reformasi, maka radio siaran juga tampil memainkan peranan sebagai komunikator masyarakat.
KARATERISTIK – FUNGSI & PERAN
Sebagai media masa, radio siaran mempunyai karakteristik yang tidak dipunyai oleh media lain :
1. Media siaran sangat fleksibel – murah dan tidak terbatas pada; gerak, ruang serta waktu
2. Memiliki kecepatan dan ketepatan didalam mencapai khalayak
3. Kemampuan yang tinggi didalam menghimpun dan membentuk opini massa
4. Tidak dapat dihempas dengan peniadaan material
5. Dapat dengan cepat menyesuaikan format siaran menurut kondisi serta situasi
6. Pendengar radio mencakup wilayah sangat luas dengan jumlah khalayak melampaui media manapun
FUNGSI :
Sebagai pemegang ranah publik (public domain) mempunyai fungsi utama sebagai:social control.
Fungsi lain dari radio siaran adalah :
1. Memenuhi rasa ingin tahu (sense of curiority) publik
2. Mengembangkan intelektual social dengan menawarkan gagasan kemajuan ( the idea of the progress)
3. Mengembangkan interaksi social
4. Mencegah terbentuknya masyarakat diam dan skeptis (society of sadentaries)
PERAN :
Sebagai pemegang public domain radio siaran mempunyai peran dan dituntut untuk memberikan pelayanan terbaik kepada masyarakat dalam bidang :
1. Informasi
2. Penerangan
3. Pendidikan
4. Hiburan
5. Dan dunia usaha
PARADIGMA BARU
Berangkat dari kondisi RSS yang kurang menguntungkan kebijakan politis masa lalu, kini RSS menyadari kelemahannya dan berupaya untuk bangkit mengatasi ketertinggalan. Secara bertahap memasuki babak baru denga ciri profesional menuju industri media radio.
Bila sebelumnya radio siaran bertumpu pada fungsi tunggal yaitu Hiburan, kini mulai mengkristal sekaligus paling sedikit lima kepentingan yaitu : Hiburan, informasi & penerangan, pendidikan, jurnalistik dan komersil. Era industri radio ini dikenal sebagai : Paradigma Baru Radio Siaran.
Menghadapi persaingan serta globalisasi, para pengelola hanya dihadapkan kepada dua pilihan : eksis atau tersingkir. Dan sejak sudah berfikir untuk memperoleh peluang yang bisa melanjutkan kelangsungan hidup RSS-nya. Para owner sudah ancang-ancang paling tidak berbenah mencapai tingkat standar. Bila sebelumnya tidak secara optimal memanfaatkan berbagai pelatihan dan penyuluhan sekarang sudah menyadari kekeliruan tersebut bahkan sekarang mulai nampak adanya usaha-usaha rekrutmen tenaga SDM siap pakai dikalangan radio siaran. Walau menunjukkan gejala kurang sehat, tapi menunjukkan bahwa dunia penyiaran di daerah ini akan berkembang sesuai dengan tuntutan jaman, baik dari segi manajemen teknologi maupun materi siaran.
Kita sudah dapat melihat pembangunan phisik masing-masing stasiun. Dan dapat pula mendengar riuhnya program-program jurnalistik dan interaktif yang disajikan. Karena paradigma itu sudah bergeser dari state approach kepada sociaty approach. Dengan demikian diharapkan, dunia usaha akan lebih percaya untuk menggunakan jasa radio siaran sebagai sarana promosi.
PELUANG DAN TANTANGAN
Peta politik Indonesia telah menggiring industri radio siaran swasta memasuki ambang babak ketiga di dalam kehidupannya. Babak pertama adalah ketika radio amatir muncul sebagai cikal bakal radio-radio siaran swasta pada pertengahan tahun 1960-an. Pembenahan yang kemudian dilakukan pemerintah sekitar awal tahun 1970-an, mendorong radio siaran swasta memasuki babak kedua. Ditandai dengan keluarnya ketentuan yang mengharuskan radio siaran swasta dikelola lembaga berbadan hukum. Di babak kedua inilah, kendati terjadi pasang surut, radio siaran swasta menjelma sebagai mesin bisnis. Pernah mencapai kejayaan ketika banyak dimanfaatkan sebagai medium iklan. Lalu surut lagi saat sebagian besar iklan mulai tersedot stasiun televisi swasta yang muncul di awal tahun 1990-an.

Memperhatikan fenomena pergeseran fungsi radio siaran swasta dari sekadar media hiburan, menjadi media informasi merupakan pertanda dimulainya babak ketiga. Diperkirakan untuk mempertinggi mutu produk siaran, beberapa diantaranya kemudian menjalin kerjasama pemberitaan dengan radio-radio luar negeri seperti BBC dan VOA. 
Peluang Menumbuhkan Bisnis Radio
Pada masa reformasi, bagi beberapa stasiun radio, krisis ekonomi membawa hikmah tersendiri. Tanpa berpromosi, iklan yang dicari datang sendiri.
Kemudian tumbuhlah bisnis baru di industri radio siaran, yaitu pemasok berita. Pilihan menjadi radio berita, memang belum dapat dipastikan mampu menopang sukses bisnis. Akan tetapi iklim kerja sebuah radio berita, cenderung menumbuhkan suasana kerja profesional. Suasana kerja inilah yang diharapkan kelak dapat mendorong sebuah radio beroperasi secara lebih profesional. Tidak bisa lagi sebuah radio hidup dengan sekadar asal siaran.
Di samping itu, saat ini terbuka peluang melakukan kerjasama dengan radio-radio luar negeri, seperti yang sudah dilakukan oleh banyak stasiun radio. Tentu saja tawaran itu bisa dipakai untuk menaikkan mutu isi siaran, terutama program berita. Selain itu, kerjasama ini bisa sekaligus dimanfaatkan untuk melakukan pertukaran pengalaman, dan pengetahuan bidang manajemen atau programming. Peluang lain yang tetap terbuka adalah memanfaatkan kerjasama dalam sebuah networking. Pilihannya tidak terbatas pada urusan pemasaran iklan atau pengelolaan operasional, namun bisa juga keduanya. Berikutnya tinggal menunggu lahirnya UU penyiaran baru. Kehadiran UU itu, diharapkan mampu menggerakkan bisnis radio ke arah yang lebih profesional sebagaimana layaknya sebuah lembaga penyiaran.


Namun tampaknya memang tidak mudah untuk bisa merebut peluang-peluang itu dengan segera. Masalahnya antara lain karena kondisi bisnis radio siaran saat ini tengah berada dalam masa transisi. Lantaran masih adanya dua kepentingan yang saling tarik ulur.  Pertama, keinginan kalangan radio menjadikan radio sebagai pers merdeka. Kedua, masih ada keinginan pemerintah, terutama di daerah, untuk menguasai pers.
Sampai di sini, ukuran bagi pendirian sebuah stasiun radio, memang bukan cuma masalah keterbatasan frekuensi. Sekali pun, soal frekuensi merupakan pintu masuk bagi setiap calon investor radio
Namun harus diakui, sumber daya manusia yang ada sekarang dan dimanfaatkan oleh kebanyakan radio siaran swasta, kurang mendukung stasiun radio mengubah formatnya menjadi radio berita dengan mudah. Jurnalisme radio menuntut kemampuan wartawan yang sedikit memiliki kelebihan khas dibanding jurnalis koran atau majalah. 
Sifat pemberitaan radio yang seketika, langsung mengudarakan tentang suatu peristiwa, dan sesaat pula diterima pendengar, menuntut tampilnya wartawan radio yang harus siap dengan informasi akurat. Akurasi informasi itu, harus bisa diperolehnya dalam rentang waktu yang relatif pendek. Jurnalisme radio memang tidak mengenal dan harus menghindari ralat. “Reporternya harus mampu bekerja dalam rentang menit dan detik,” kata Layla S. Mirza dari Radio Mara Bandung.
Menyadari perlunya tersedia SDM berkualitas di radio, termasuk untuk radio berita, sejak lama PRSSNI melakukan berbagai pelatihan jurnalistik radio. Tujuannya, tentu saja untuk menggeber kemampuan SDM radio dalam memproduksi berita. Lantaran banyak radio di daerah tak siap mengkreasi siaran berita sendiri. Alhasil, salah satu pilihannya adalah melakukan sindikasi dengan pemasok program berita –semacam kantor berita radio– yang kini telah muncul di sini. 
Di Jakarta, pemasok dimaksud antara lain adalah Kantor Berita 68H. Sejauh ini sekitar 111 stasiun radio telah mengakses berita yang dihimpun KBR 68H. “Radio pengakses mempunyai kewajiban untuk meliput di daerah masing-masing, selanjutnya berita itu diolah dan disalurkan. Dengan memanfaatkan jaringan satelit dan internet, berita politik, ekonomi, sosial maupun hukum dapat dikirim ke masing-masing radio. Sejauh ini berita yang diakses masing-masing radio masih diperhitungkan gratis. Berita disiarkan oleh KBR 68H sebanyak 8 kali dalam sehari.
Sebenarnya pola kerjasama pemberitaan telah pula dilakukan beberapa radio dengan surat kabar maupun televisi, karena keterikatan mereka di dalam sebuah grup usaha. Pro 2 FM misalnya, bekerjasama dengan Anteve, El Shinta dengan Indosiar, dan Radio Pelita Kasih dengan koran Suara Pembaruan. Jadi telah banyak contoh, bagaimana memanfaatkan pola kerjasama seperti itu untuk bisa mengawali pembentukan radio berita.
Memanfaatkan Networking
Alternatif lain untuk bisa menjaga eksistensi bisnis sebuah stasiun radio, adalah dengan memanfatkan networking. Melalui jaringan kerjasama ini, bisa ditangani mulai urusan program acara, penjualan iklan sampai manajemen operasional.
Pada era paradigma barunya, radio siaran dihadapkan pada berbagai peluang dan tantangan untuk melangkah lebih maju seiring dengan perkembangan dan kemajuan peradaban. Karena begitu sebuah radio siaran berhenti mengikuti perkembangan maka ia akan kehilangan moment untuk meraih peluang-peluang yang juga kian berkembang. Ada beberapa indikasi peluang yang bisa dimanfaatkan radio siaran antara lain :
1. Tingkat pertumbuhan ekonomi nasional dan global
2. Munculnya berbagai produk baru pesaing produk sejenis
3. Tingkat pertumbuhan perhotelan, plaza dan dunia pendidikan
4. Derasnya masuk produk luar terutama produk otomotive dan elektronika
5. Gejala kejenuihan pada airtime program iklan tv
6. Meningkatnya minat UKM untuk berpromosi
7. Kemajuan teknologi bidang komunikasi
8. Pemanfaatan era Otonomi Daerah.
Tapi besarnya peluang, diikuti juga oleh berbagai tantangan yang akan turut mewarnai dunia penyiaran, antara lain :
1. Makin ketatnya persaingan berebut kue iklan antar media
2. Tingginya tingkat pertumbuhan radio siaran baik oleh pemain baru atau dari kalangan sendiri yang muncul sebagai kanibalisme
3. Kian tingginya operasional cost
4. Gejala kurang sehat tentang recruitment SDM
5. Lambannya proses pemulihan daya beli masyarakat.
Menghadapi peluang dan tantangan masa depan ini sekarang terlihat apra broadcaster sedang berpacu dengan waktu untuk terus berbenah dan meningkatkan profesionalisme diberbagai bidang dan tingkat struktur pada radio masing-masing.
Sumber :
Menurut UU Penyiaran nomor 32 tahun 2002 :
“Siaran adalah pesan atau rangkaian pesan dalam bentuk suara, gambar, atau suara dan gambar atau yang berbentuk grafis, karakter, baik yang bersifat interaktif maupun tidak, yang dapat diterima melalui perangkat penerima siaran.
Penyiaran adalah kegiatan pemancarluasan siaran melalui sarana pemancaran dan/atau sarana transmisi di darat, di laut atau di antariksa dengan menggunakan spektrum frekuensi radio melalui udara, kabel, dan/atau media lainnya untuk dapat diterima secara serentak dan bersamaan oleh masyarakat dengan perangkat penerima siaran. “

Selasa, 22 Oktober 2013

GITA SWARA FM:

Realisasi Bantuan Gempa KLU Terkendala Mekanisme Pencairan


=================================================

102013 0421 RealisasiBa1 Realisasi Bantuan Gempa KLU Terkendala Mekanisme PencairanLombok Utara – Ribuan warga korban gempa KLU sepertinya harus sedikit bersabar. Meski pemerintah daerah telah mengalokasikan anggaran besar untuk proses rehab rekon, namun ketidak jelasan mekanismse pencairan masih menjadi kendala realisasi bantuan yang bersumber dari APBD tersebut.

Pihak dinas pendapatan daerah menginginkan pencairan dana bantuan bagi korban menggunakan pengajuan proposal dari masing-masing kelompok, guna menghindari masalah pertanggungjawaban pemeriksaan BPK dan supaya tepat sasaran. Sementara pihak DPRD dan beberapa dinas teknis menginginkan agar bantuan disalurkan langsung kepada korban dengan dipayungi Surat Kepuusan (SK) bupati.

Dalam penanganan korban gempa pemda lombok utara  menyepakati untuk memberikan bantuan rehab rekon rumah untuk kategori Rusak ringan bersama pemprov NTB sebanyak 3.045 unit dengan anggaran sebesar Rp 4 Miliar ditambah Rp 6 Miliar dari pemprov NTB.

Akan tetapi dana sebesar Rp 6 miliar bantuan pemprov NTB itu, hingga saat ini belum ada kejelasan mekanisme pembagian, apakah menggunakan bantuan langsung atau seperti yang dikehendaki dinas pendapatan lombok utara.

Kepala dinas Sosial lombok utara, Intiha., selaku leading sektor bantuan gempa dalam rapat kerja dengan komisi I DPRD, Jumat (18/10) mengatakan, belum adanya kesepakatan antara pemda dengan pemprov juga turut memperlambat realisasi bantuan bagi kroban.

Intiha menegaskan bahwa untuk penanganan  rumah korban gempa dengan kondisi rusak sedang (RS) sebanyak, 415 unit rumah dan Rusak Berat (RB) sebanyak, 230 unit akan ditangani oleh pemerintah pusat melalui Badan Penanggulangan Bencana Nasional (BNPB), dengan asumsi jumlah anggaran sebesar Rp 11 miliar.(ntb7)

Rabu, 25 September 2013

GITA SWARA FM

KLU Resmi Serahkan DP4 ke KPU

KLU – Bertempat disekretariat daerah KLU, Rabu (21/10) kemarin Pemerintah Daerah Kabupaten Lombok Utara secara resmi menyerahakan Daftar Penduduk Pemilih Potensial Pemilu (DP4) kepada Komisi Pemilihan Umum (KPU) Lobar. Peyerahan tersebut langsung di lakukan Sekretaris Daerah (Sekda) KLU, Drs. H. Djohan Samsu SH dan diterima ketua KPU Lobar Suhaimi Syamsuri M.Si dan dihadiri instansi terkait lainya.

                Menurut Sekda KLU, Drs. H.Djohan Samsu, SH, “ Pilkada KLU adalah penglama pertama bagi masyarat Lombok Utara yang menurut rencana akan dilaksanakan pada tanggal 26 April 2010 menadatang yang secara serentak akan dilakukan di Kabupaten / kota di NTB. Dan yang paling pokok bagai mana sekarang mensosialisasikan, mengkomunikasikan dan menginformasikan pada semua lapisan masyarakat agar pilkada KLU dapat berjalan aman, dan tentram tentu dengan mempedomani aturan-aturan pilkada itu sendiri, saran Djohan.
                Sementara Kepala Dinas Kependudukan, Catatan Sipil, Sosial dan Tenaga Kerja KLU, Simparudin SH, mengatakan, “ DP4 untuk Kecamatan Pemenang berjumlah 22.124 orang, Kecamatan Tanjung 32.283 orang, Kecamatan Gangga 28.638 orang, Kecamatan Kayangan 26.839 orang dan kecamatan Bayan sebanyak 28.858 orang, sehingga total keseluruhan mencapai 138.747 orang.
                DP4 sendiri merupakan acuan dari KPU utuk membuat  Daftar Pemilih Sementara (DPS) dan Daftar Pemilih Tetap (DPT), dengan diserahkan DP4 ini proses tahpan Pilkada KLU sudah dimulai, akan tetapi apa bila da penambahan pemilih pun pengurangan pemilih yang disebabkan karena berbagai persoalan atau kondisi seperti meninggal, perpindahan penduduk, Ketenaga Kerjaan (TKI) suudah menjadi tanggung jawab KPU. Satu contoh saat ini sudah 500 rang yang sudah berangkat menjadi TKI ditambah lagi 100 orang masih dalam tahap seleksi, tentu dibutuhkan kejelian khusus dari KPU untuk melakukan perevikasi atau pun pemutahiran data, selian itu masyarakat juga pro aktif untuk proses pendataan ini, terutama sebelum DPT ditetapkan, timpalnnya.
                Sedangkan Ketua Komisi pemilihan Umum (KPU) Lombok Barat, Suhaimi Syamsuri, mengatakan, “ Sealin penyerahan DP4 sebagai tanda dimulainya tahapan Pilkada, data pemilih untuk dukungan calon persoarang (incumbent) juga harus segera di selesaikan untuk menentukan jumlah dan persentase pemilih. Dengan diserahkannya DP4 ini maka proses selanjutnya akan diteruskan ke PPK da PPS untuk dilakukan pemutahiran data, tapi karena belum ada PPK dan PPS, KPU oleh Undang-undang diperintahkan  untuk membentuknya secara seleksi. Meyinggung soal pengisian DPRD KLU mekanisme dan tata cara serta peraturan KPU untuk mengatur tentang tentang itu belum kelura dari KPU pusat, urai Suhaimi. (in)

Rabu, 18 September 2013

GITA SWARA FM

Produksi Beras Lombok Utara Tahun 2012 Penuhi Target Surplus

=================================================

longsor Produksi Beras Lombok Utara Tahun 2012  Penuhi Target Surplus
Ilustrasi
Lombok Utara – Dinas pertanian daerah Kabupaten Lombok Utara terus berupaya meningkatkan produktivitas petani dalam memenuhi kebutuhan beras ditingkat lokal. Berbagai langkah dan strategi dilakukan dalam rangka memperbesar hasil panen dan produksi beras selama beberapa tahun terakhir, diantaranya dengan mengoptimalisasi peran penyuluh pertanian dan pemberantasan hama penyakit.
Langkah optimalisasi itu menuntun para petani setempat berhasil memenuhi target produksi Gabah Kering Panen (GKP)pada tahun 012 hingga mencapai 65.231,72 Ton yang dihasilkan dari 8.304 hektar luas baku sawah dan lahan pertanian basah di Lima kecamatan Se-Lombok Utara dan menjadi sebanyak 52.185,38 Ton setelah dikonversi menjadi Gabah Kering Giling (GKG).
Capaian produksi itu menghantarkan Lombok Utara selama tahun 012 lalu menjadi daerah Surplus produksi Beras  dengan total produksi mencapai, 33.920,49 Ton. Terjadi Surplus sebanyak 2.231, 33 Ton dari total  kebutuhan beras masyarakat Lombok Utara yang sebesar 31.689, 16 Ton.
Kepala dinas Pertanian Perkebunan Kehutanan Kelautan dan perikanan (DPPKKP) daerah Lombok Utara melalui Kabid Pertanian, Sabdi,SP.,  Kamis (17/1) mengatakan, surplus beras itu berhasil diicapai karena petani banyak belajar dari minimnya hasil panen tahun sebelumnya akibat merebaknya serangan penyakit karena perubahan iklim. Selain itu pihaknya juga berupaya memenuhi kebutuhan dan antisipasi penyakit dengan menjamin distribusi stok pupuk termasuk mengoptimalisasi peran penyuluh dan mengaplikasikan berbagai sistim pertanian dengan teknologi tepat guna.
Dikatakan Sabdi, surplus produksi beras itu akan tetap dipertahankan bahkan diupayakan lebih besar. Untuk itu menghadapi musim penghujan tahun ini menghadapi musim penghujan tahun ini pihaknya sudah melakukan persiapan yang lebih konkret seperti  menjamin ketersediaan stpok pupuk hingga sebanyak 45 Ribu Ton Pupuk yang terdiri dari Urea, Ponska, NPK dan berbagai jenis pestisida disamping membangun kemitraan dengan perusahaan Super Tani yang akan mendampingi petani selama musim tanam hingga pengolahan pasca panen. (ntb7)

GITA SWARA FM

Dinas Pertanian KLU Siapkan 45 Ribu Ton Pupuk

=================================================

pupuk Dinas Pertanian KLU Siapkan 45 Ribu Ton Pupuk
Pupuk
Lombok Utara – Dinas pertanian, DPPKKP lombok utara mengantisipasi tibanya masa tanam pertama memasuki Musim Hujan (MH-1) yang diperkirakan mulai intens akhir September-pertengahan Oktober tahun ini, dengan menjamin ketersediaan pupuk yang rentan terjadi kelangkaan saat musim penghujan.
Kepala Bidang Pertanian DPPKKP, Sabdi,SP., kepada media, Kamis (12/9) menyatakan menghadapi musim penghujan tahun ini pihaknya sudah melakukan antisipasi potensi kelangkaan pupuk akibat distribusi yang tidak lancar.
Ia menyebutkan pihaknya telah menyiapkan sebanyak 45 Ribu Ton Pupuk yang terdiri dari Urea, Ponska, NPK dan berbagai jenis pestisida untuk jatah sebanyak 8.304 hektar luas baku sawah dan lahan pertanian basah di Lima kecamatan Se-Lombok Utara.
“Stok pupuk yang ada bisa memenuhi kebutuhan perawatan tanaman padi untuk dua kali musim tanam, bahkan jika di aplikasikan 300 kwintal perhektar, jatah stok pupuk yang ada tidak akan kekurangan hingga tibanya masa panen,” ungkap Sabdi.
Sabdi menambahkan stok pupuk tersebut dapat diperoleh petani ditempat biasa yakni di UPTD Pertanian disetiap kecamatan. Kendati stok pupuk sudah disiapkan namun ia meminta agar para petani saat ini lebih waspada dan rajin mengamati pertumbuhan tanaman padi.
Sebab biasanya musim penghujan dengan intensitas tinggi cukup rentan mendatangkan hama penyakit seperti hama Putih, Kresek bahkan serangan Ulat Grayak yang datang pada usia satu hingga dua bulan umur tanaman padi.(ntb7)

Minggu, 15 September 2013

GITA SWARA FM:

Lombok Utara, SK - Apa yang dilakukan Radio Komunitas (Rakom) yang ada di Kabupaten Lombok Utara selama ini mendapat penilaian positif dari para pelaku kegiatan Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat (PNPM). Karena selain sebagai media informasi dan sosialisasi program, juga rakom berperan sebagai media solusi terhadap persoalan yang terjadi di lapangan.
Kegiatan MDST dilakukan di lokasi pembangunanPenilaian tersebut dikemukakan Fasilitator PNPM Generasi Sehat dan Cedas (GSC) Kecamatan Bayan Kabupaten Lombok Utara, Nurul Hidayati, Sp ketika ditemui diruang kejanya di Anyar 12/9/13.
Nurul menjelaskan, sebagai fasilitator PNPM, tidak semua dusun yang dapat dikunjungi secara bersamaan, karena disamping jaraknya yang jauh juga infrastruktur jalannya yang kadang-kadang tidak bisa dilalui kendaraan atau sepeda motor. Karena kondisi itu, maka rakomlah satu-satunya media yang bisa dimamfaatkan untuk menyampaikan informasi yang bisa langsung sampai ke sasaran yang dituju.
Pengakuan senada juga diungkapkan oleh Asrin Tombili, S.Sos, Fasilitator PNPM Kecamatan Bayan. Menurutnya, salah satu rakom yang hampir setiap hari memberitakan PNPM adalah rakom Primadona. Rakom, lanjut Asrin, selain sebagai media informasi juga sekaligus sebagai media monitoring terhadap kegiatan program pembangunan yang didanai PNPM. 

Senin, 20 Mei 2013

GITA SWARA FM: Profil Kami


Radio Komunitas Gita Swara FM:
Berkembang dan Berkelanjutan
Melalui Kemitraan Multipihak

RANGKUMAN
Tim yang solid dengan pembagian kerja yang jelas dan komitmen  yang tinggi menjadi salah satu modal radio komunitas Gita Swara FM untuk terus berkembang dan eksis sampai saat ini. Radio yang berlokasi di Desa Jenggala, Kecamatan Tanjung, KLU (Kabupaten Lombok Utara), NTB,  ini dikelola secara profesional oleh sebuah tim yang solid. Dan profesional Pengelola radio sadar bahwa radio diharapkan untuk tidak hanya hadir dalam 5 sampai 10 tahun ke depan, namun dalam jangka panjang. Pengelola radio juga sadar bahwa keberlanjutan organisasi hanya akan terwujud jika radio bisa dikelola dengan baik dan mendapat dukungan banyak pihak.
Keberlanjutan radio komunitas Gita Swara juga ditopang dengan keberadaan divisi dana dan ILM. Divisi ini secara khusus merancang dan mengembangkan berbagai strategi penggalangan dana dan skema kerja sama dengan berbagai pihak. Tim bisa bekerja optimal karena disuport oleh pimpinan radio yang ikut aktif dalam penggalangan dukungan dengan memfungsikan diri sebaagai “pengetuk pintu”. Pemberian insentif bagi divisi dana dan ILM serta staf lainnya yang berhasil menjaring dukungan dan kemitraan juga mendorong kinerja penggalangan dana lebih optimal. Data base fans dan mitra juga berperan penting dan menjadi referensi bagi pengelola radio dalam penggalangan dukungan dan kemitraan.
Salah satu strategi yang dikembangkan oleh divisi dana dan ILM adalah mengembangkan berbagai kerja sama dan kemitraan dengan pemerintah daerah dan perusahaan lokal maupun nasional. Pengelola radio Gita Swara FM aktif menjalin komunikasi dengan banyak pihak dalam rangka mengenalkan peran radio dan mencari peluang dukungan dan pendanaan. Berbagai skema kerja sama dibuat dan disesuaikan kebutuhan dan kapasitas yang dimiliki oleh calon mitra. Radio juga menerapkan harga yang berbeda sehingga semua pihak bisa menggunakan jasa radio untuk mempromosikan program atau usahanya. Salah satu kunci keberhasilan dalam mengembangkan kerja sama dan kemitraan adalah kepekaan dan kemampuan pengelola radio untuk mengidentifikasi kebutuhan yang bisa diisi oleh radio melalui media siaran.
Penyelenggaraan event atau acara juga menjadi strategi radio dalam mendapatkan pendanaan. Pengelola rakom Gita swara FM rutin menggelar event berdasarkan trend musik atau hiburan yang tengah digandrungi masyarakat. Event juga digelar sesuai permintaan khusus dari pendengar atau fansnya. Event juga dieselanggarakan berkenaan dengan perayaan hari besar nasional dan keagamaan dalam rangka mendapatkan dukungan dari pemerintah atau instansi tertentu. Melalui penyelenggaraan event, radio bisa memperkuat eksistensinya, merawat hubungan dengan fans dan mitra, memperluas jaringan kemitraan, sekaligus mendapatkan dukungan dan pendanaan.



PENDAHULUAN
“Dari lintas jalan Tanjung Bayan,…KUD Mandiri, Tanjung…inilah Radio Gita Swara FM…..radionya masyarakat Lombok Utara…”
Jinggle di atas menjadi pembuka siaran radio komunitas Gita Swara FM, sebuah radio Komunitas yang berlokasi di Desa Jenggala, Kecamatan Tanjung, Kabupaten Lombok Utara. Radio ini rutin bersiaran setiap hari mulai pukul 7 pagi sampai pukul 10 malam. Rakom Gita Swara menjadi sumber informasi utama bagi masyarakat di kecamatan tanjung dan sekitarnya dalam mendapatkan informasi mengenai perkembangan daerahnya. Suatu informasi yang tak akan mereka temui di media-media mainstream yang menguasai arus pemberitaan.
Selain berperan sebagai media informasi dan hiburan, Radio juga dianggap berjasa dalam mengembangkan potensi pemuda dan remaja setempat. Radio dinilai berhasil menekan perkelahian dan tawuran antar pemuda atau pelajar dengan merangkul dan mengorganisir mereka dalam bentuk kelompok kelompok fans club. Radio juga memfasilitasi mereka dengan kegiatan yang positif, Salah satunya melalui pengembangan band-band local yang personilnya umumnya berasal dari kalangan pemuda dan remaja. Radio juga terlibat aktif dalam proses pembentukan KLU (Kabupaten Lombok Utara) yang sebelumnya bergabung dengan kabupaten Lombok Barat. Pembentukan kabupaten baru ini selanjutnya ditindaklanjuti dengan proses pembentukan pemerintahan daerah melalui pemilihan bupati dan DPRD. Dan, sekali lagi rakom Gita Swara terlibat aktif menyiarkan proses pemilihan tersebut. Yang terpenting lagi, rakom menjadi corong bagi warga dalam menyampaikan keluhan atau persoalan yang dihadapi terkait pembangunan dan pelayanan public. Banyak keluhan dan permasalahan warga yang langsung direspon dan ditangani pemda setelah disiarkan lewat radio.
Radio komunitas Gita Swara sudah menjelma menjadi radio warga kecamatan Tanjung. Hal itu terlihat dari dari berbagai lapisan masyarakat yang mendukung dan berkontribusi terhadap keberlanjutan radio. Penda, dinas, SKPD dan pemerintah kecamatan berkontribusi dengan menjadikan radio sebagai media utama sosialisasi program. Toko-toko dan pengusaha di sekitar KLU juga memberikan dukungan lewat pemasangan iklan usaha local dan ILM di radio. Sementara masyarakat, khususnya fans radio, memberikan kontribusi jika terjadi kerusakan radio atau berpartisipasi dalam setiap event yang digelar radio.  

PROFIL RADIO KOMUNITAS GITA SWARA FM
·         Sejarah dan Perkembangan Gita Swara FM
Radio Gitaswara dirintis oleh Darsidep Banyuaji pada tahun 2002 dan diinspirasi oleh berdirinya Rakom Pesona FM di Kecamatan Pamenang, KLU (Kabupaten Lombok Utara). Di situlah penggemar radio yang punya nama udara Baron Araruna ini sebelumnya bekerja sebagai teknisi. Suatu saat Baron bertemu dengan Camat setempat yang kebetulan berasal dari daerah Tanjung, tempat di mana ia tinggal dan dilahirkan. Pak camat mendorongnya agar merintis pendirian radio serupa di daerah Tanjung. Saat itu masyarakat Tanjung memang kesulitan untuk mengakses informasi mengenai perkembangan daerahnya karena tidak ada satu radio pun yang beroperasi di situ. Kalaupun ada, siaran radio yang tertangkap berasal dari Makassar, Bali bahkan Madura. Sementara di KLU sendiri belum ada surat kabar lokal yang secara intens memberitakan kondisi dan perkembangan daerah Tanjung.
Atas dorongan dari Pak Camat inilah Baron mulai merintis pendirian radio. Tak mudah baginya untuk mendirikan radio karena keterbatasan dana. “Butuh sekitar 2 juta rupiah untuk membuat komponen siaran radio, sementara dana yang saya miliki hanya Rp. 200 ribu.” Katanya. Untunglah sang istri juga mendukung cita-citanya dengan menutupi kekurangan dananya. Berbekal dana pemberian istrinya, Baron membeli transmitter 5 watt, CD, PS antene dan tiang antena. Kemampuan dan pengalamannya sebagai teknisi radio membantu Baron untuk menyiasati keterbatasan peralatan dengan merancang dan memanfaatkan peralatan bekas. Baron juga memanfaatkan salah satu ruang di rumahnya sebagai studio. Dengan peralatan ini radio yang diberi nama Gita Suara FM (kepanjangan dari “Gema Informasi Tanjung SuaraWilayah Utara”) ini mulai melakukan siaran percobaan pada 5 November 2002.
Percobaan siaran radio Gita Swara FM ini ternyata mendapat respon positif dari masyarakat, khususnya kawula muda. Banyak anak muda yang kemudian datang berkunjung untuk sekedar melihat studio radio dan siaran, meminta lagu atau berkirim kabar. Masyarakat juga mendukung pendirian radio komunitas dengan menyumbangkan kaset, CD (Compact Disc) dan melengkapi peralatan yang dibutuhkan radio. Seminggu kemudian radio mendapatkan kunjungan dari staf Combine, salah satu LSM di Jogjakarta yang menaruh perhatian pada pengembangan radio komunitas. Kedatangan Combine juga didampingi Drs. Rasidi, staf dinas Perhubungan, Komunikasi dan Informasi NTB yang ditugaskan untuk memfasilitasi pengembangan radio komunitas di NTB. Mereka kagum karena Baron berusaha untuk mengembangkan radio komunitas meski dengan peralatan sederhana. Baik staf Combine maupun Drs rasidi memberikan banyak masukan untuk pengembangan radio Gita Swara FM di masa mendatang.
Seperti kondisi radio komunitas pada umumnya, Rakom Gita Swara juga mengalami pasang surut. radio ini awalnya tidak melakukan siaran secara rutin. Kadang siaran dilakukan hanya beberapa jam dalam sehari. Itupun tidak rutin setiap hari. Rakom komunitas ini juga pernah tidak mengudara selama beberapa hari karena peralatan siar yang rusak atau karena mati lampu. Namun, justru pada saat itulah keberadaan dan fungsi radio terlihat perannya di masyarakat. “Kami mendapatkan banyak telepon, bahkan didatangi banyak orang yang menanyakan, kenapa radio tidak siaran? Mereka tak mau tahu. Apapun kondisinya, radio harus tetap siaran” kata Baron.
Setelah berjalan 8 bulan, Baron mencoba untuk mengembangkan radio dengan merekrut beberapa orang menjadi tenaga lepas atau relawan untuk membantunya siaran dan mengurusi operasional radio. Salah satu staf yang direkrut adalah, Marjadi, adiknya sendiri yang kemudian diangkat menjadi direktur rakom Gita Swara. Mereka bekerja secara volunteer alias suka rela tanpa ada gaji tetap.. “Kami tertarik untuk bergabung karena memang hobi dan senang mengelola radio. Selain itu, kami sudah punya pekerjaan lain sebagai penopang nafkah keluarga,” kata Marjadi. Para pengelola radio ada yang bekerja sebagai guru, wiraswasta, pegawai negeri, dan sebagainya. Mereka juga tertarik bergabung karena yakin radio komunitas ini akan berkembang pesat dan berperan penting, khususnya di wilayah Lombok Utara yang saat itu tengah merintis menjadi kabupaten baru dan terpisah dari Lombok Barat.
Setelah radio mulai bersiaran dengan rutin, Baron mulai memikirkan pendanaan operasional radio. Ia mengaku tidak mungkin menanggung dana operasional radio yang berkisar Rp.200 per bulan karena kapasitas keuangannya juga terbatas. Melihat antusiasme masyarakat yang cukup tinggi untuk meminta lagu dan berkirim kabar, muncullah keinginannya untuk memanfaatkan dan mengelolanya dalam bentuk kupon pilihan pendengar (KPP). Idenya ini juga diinspirasi oleh radio-radio lain yang juga melakukan hal serupa untuk mendapatkan dukungan dari pendengar. Ia mencetak KPP dengan cara diketik dalam sebuah kertas karton dan kemudian difotokopi untuk diperbanyak. Kupon tersebut kemudian dicoba ditawarkan ke pendengar yang sudah mengenal radio Gita Swara dengan harga Rp.150 per lembar. Ternyata sambutan pendengar sangat positif. Mereka tidak keberatan untuk membeli KPP sebagai sarana untuk berkirim kabar, meminta lagu atau berbalas pantun. Dengan kupon pendengar inilah Baron kemudian mendanai operasional harian radio.
Pada tahun 2006 sampai 2008 harga kupon naik sampai Rp.500 per lembar. Pada saat itu pengelola bisa mendapatkan dana sampai Rp.100.00  per hari dari penjualan kupon tersebut. Penjualan kupon ini berlangsung sampai akhir tahun 2008 dan mencapai puncaknya pada tahun 2007. Pada tahun itu mereka melakukan sempat melakukan kerja sama dengan para politikus yang ingin berlaga di Pilkada dan Pemilu untuk mencetak kupon dan membagikan secara gratis ke masyarakat. Para politikus itulah yang membayar biaya kupon yang dibagikan dan disebarkan ke masyarakat. Dari penjualan kupon pemirsa ini radio meraih pendapatan sampai Rp.900.000 per bulan.
Setelah hampir 2 tahun bersiaran di rumah yang difungsikan sebagai studio, pengelola rakom Gita Swara mulai memikirkan pemindahan studio radio. Hal itu dikarenakan studio yang ada tak lagi memadai dan strategis untuk pengembangan radio. Keberadaan studio radio yang berada di tengah pemukiman masyarakat juga dinilai mulai menggaggu masyarakat karena hampir setiap hari para fans datang dan bergerombol di rumah yang sempit. Mereka datang dan berkumpul di studio mulai pagi sampai malam dan enggan untuk pulang sebelum kartu reques-tnya dibacakan.
Marjadi sebagai direktur radio Gita Swara FM mulai berinisiatif mencari tempat yang baru untuk studio rakom. Ia yakin radio komunitas ini akan lebih berkembang jika lokasi studionya bisa dijangkau masyarakat maupun mitra yang ingin bekerja sama. Salah satu tempat alternatif yang dianggap strategis adalah KUD Tanjung yang lokasinya di tengah kota kecamatan dan di pinggir jalan raya. Marjadi yang juga menjadi pengurus di KUD tersebut selanjutnya melakukan lobi untuk mendapatkan pinjaman salah satu ruangan komplek gedung KUD Tanjung. Niatnya ternyata mendapat sambutan positif dan disetujui oleh pengurus KUD yang lain. Mereka mengijinkan radio Gita Swara FM menggunakan salah satu ruangan di KUD sebagai studio siarannya. Pada tahun bulan November 2004 rakom pindah gedung KUD dan menempati ruangan seluas 8x7 meter persegi. Lokasi studio rakom yang sangat strategis membuat radio menjadi lebih berkembang.
Rakom mulai berkembang pesat setelah menempati studio baru di KUD tanjung yang lokasinya sangat stretegis. Para pendengar dan fans lebih mudah untuk datang dan berkunjung ke radio. Penjualan kupon pemirsa juga lebih mudah didistribusikan dan dijual ke masyarakat. Rakom juga mulai dilirik para pedagang, pemilik toko dan pemilik warung di sepanjang jalan… untuk mengiklankan toko maupun produknya. Mereka bersedia membayar Rp.25.000 per bulan untuk penayangan iklan sebulan penuh dengan kuantitas penayangan 3 kali sehari. Keberadaan radio juga mulai dilirik oleh kecamatan dan beberapa dinas dan SKPD di KLU. Kecamatan dan dinas juga berkeinginan untuk memanfaatkan radio untuk mensosialisasikan program dan kegiatan kecamatan. Radio diminta meliput kegiatan kecamatan dan setiap liputan mereka mendapatkan kontribusi 150.000.
Pada tahun2007 masyarakat Tanjung mulai mengenal dan menggunakan Hand phone. Perubahan ini memunculkan tantangan baru bagi pengelola Rakom Gita Swara FM. Para pendengar yang mulai terbiasa menggunakan HP lebih suka menelpon atau mengirim sms untuk meminta lagu atau berkirim kabar dibandingkan membeli kupon. Hal inilah yang menyebabkan penjualan kupon menurun drastis dan berdampak pada pendapatan radio komunitas untuk menunjang operasional. Pengelola Rakom berusaha menyiasati kondisi ini dengan menjalin kerja sama dengan perusahaan telekomunikasi untuk penjualan kartu dan voucher seluler. Radio juga gencar menggelar event2 yang mendatangkan artis local dan nasional. Pengelola rakom juga lebih intens menawarkan iklan, khususnya dari pedagang. Penjajagan kerjasama dengan dinas dan SKPD mulai digencarkan setelah KLU ditetapkan sebagai kabupaten baru yang terpisah dari Kabupaten Lombok barat. “ Dengan strategi diversifikasi sumber pendanaan itulah kita bisa memutus rantai kebergantungan terhadap kupon pemirsa dan bisa bertahan sampai sekarang,” kata Marjadi.
Rakom Gita Swara FM juga memperkuat legalitas hukum organisasinya dengan membentuk dan mendaftarkan perkumpulan sebagai badan hukum radio. Radio sudah terdaftar sebagai badan hukum perkumpulan berdasarkan akte notaris Hamzan Wahyudi, SH Nomor 30 Tanggal 26 Februari 2008. Radio juga mengantongi NPWP sebagai badan hokum dengan nomor02.720.693.7-911.000. radio sudah mengantongi RK (Rekomendasi kelayakan) dari KPID NTB sebagai salah satu tahapan untuk pengurusan ijin prinsip siaran. Proses pengurusan ijin siaran radio ini sebenarnya sudah dalam tahapan RDP namun sayangnya mendapatkan penolakan dari Kemenkominfo pada saat melakukan RDP di Jakarta
·         Stuktur Kepengurusan Rakom Gita Swara
Seperti halnya radio komunitas lainnya, Radio komunitas Gita Swara dikelola oleh suatu organisasi yang terdiri dari ketua, sekretaris, bendahara. Mereka berperan secara koodinatif menetapkan kebijakan dan pengembangan radio. Sementara Operasional harian radio dikelola dibawah koordinasi manajer radio yang membawahi divisi-divisi, yakni divisi penyiaran dan reportase, divisi program dan humas, divisi teknik, divisi dana dan ILM, divisi perlengkapan, dan divisi jurnalis. Divisi-divisi inilah yang digerakkan untuk mengelola dan mengembangkan radio. Masing-masing berkoordinasi untuk mengelola dan mencukupi kebutuan dan programnya. Misal, divisi teknik punya kebutuhan mik, maka dia akan menghubungi divisi penyiaran mengenai ketersediaan dana. Divisi penyiaran kemudian mendiskusikan ini dengan bendahara. Jika tidak ada dana, maka divsi penyiaran dan divisi program akan mengemas program yang kemudian ditawarkan oleh divisi ILM untuk mendapatkan dukungan pendanaan dari pihak lain.
Yang membedakan dengan struktur organisasi rakom lainnya, dalam struktur kepengurusan Rakom Gita Swara FM ada struktur Pelindung dan Penasehat. Jika dilihat dari fungsinya, posisi ini tidak jauh berbeda dengan DPK (Dewan penyiaran Komunitas) yang ada di rakom-rakom lainnya. Pelindung dan penasehat ini diisi oleh pejabat di lingkungan KLU, yakni Camat Tanjung, Koramil Tanjung, Kapolsek Tanjung, dan Kepala Desa Jenggala. Penempatan mereka di struktur ini diharapkan bisa membuat Rakom Gitaswara bisa dimiliki oleh seluruh warga dan aparat kecamatan Tanjung. Sebagai pimpinan pemerintahan local, mereka dianggap mewakili masyarakat sehingga layak untuk duduk sebagai dewan Pembina.  “Mereka juga  kita tempatkan di situ juga dalam rangka memudahkan kita dalam menggalang dukungan dari pemerintah kecamatan maupun dari masyarakat setempat. Selain itu, Mereka sengaja dipasang untuk memperluas jaringan radio.”
Salah satu divisi yang berperan penting dalam menunjang keberlanjutan rakom Gita Swara FM adalah divisi dana dan ILM. Divisi ini sengaja dibentuk untuk mengembangkan berbagai program kerja sama dan kemitraan dengan berbagai pihak, serta mencari dan menciptakan peluang pendanaan bagi radio. Namun, keberhasilan divisi ini juga didukung dan sangat bergantung pada kinerja divisi-divisi yang lain. Misalnya, divisi program dan humas sangat membantu dalam merancang “produk” yang akan dipasarkan oleh divisi dana dan ILM. Selain itu kesuksesan pemasaran divisi ini juga sangat bergantung pada kelancaran siaran yang dikawal divisi teknis. “jadi, meski masing-masing punya tugas spesifik. Kita selalu menyadarkan bahwa masing-masing divisi selalu terkait dan saling mensuport divisi yang lain,” kata Marjadi.
SUSUNAN PENGURUS  RADIO KOMUNITAS GITA SWARA FM  STEREO 107.70 MHz
1.         PELINDUNG PENASEHAT    
1.        CAMAT TANJUNG
2.       KAPOLSEK TANJUNG
3.       KORAMIL TANJUNG
4.       KEPALA DESA JENGGALA

2.         DEWAN PENDIRI
1.        DARSIDEP BANYUAJI

3.    DEWAN PENGURUS
       1. DIREKTUR                           :  MARJADI S.Pd
       2. SEKRETARIS                       :  SARIZAL SYAMSURI
       3. BENDAHARA                      :  DENNY ASIH
    4.        BADAN PENGELOLA
MANAGER                               :  DARSIDEP BANYUAJI
5.         DIVISI - DIVISI
     1. DIVISI PENYIARAN DAN REPORTASE   :  SUHAERUDIN
2.  DIVISI PROGARAM DAN HUMAS            :  ZAENUDDIN/ADY AKSI
3.  DIVISI TECHNIC                                           : ARARUNA
4.  DIVISI DANA DAN ILM                               :  BUDI UTOMO
5.  DIVISI PERLENGKAPAN                             :  ANDY FURQAN ST
6.  DIVISI JURNALIS                                          :  TARFI’IN DAN IRIANTO

·         Profil pendengar dan Pendukung
Sejak berdiri Rakom Gita sudah didesain untuk memenuhi kebutuhan informasi semua kalangan . Hal itu bisa dilihat dari beragam acara yang disajikan mulai pagi hari sampai malam hari. Ditilik dari segmentasi usia, Baron menjelaskan, radio ini menyasar pendengar dari usia pra sekolah (5 tahun) sampai lansia. Namun, pendengar terbanyak dari Rakom Gita Swara adalah kalangan pemuda dan remaja. Dari segi profesi dan pekerjaan, Gita Swara juga didengarkan oleh semua kelompok profesi, mulai dari birokrat lokal, pegawai negeri, pelajar, petani, sampai ibu rumah tangga. Namun, kelompok pelajar dan ibu rumah tangga menjadi kelompok pendengar tersebesar. Jika dilihat aspek geografis, daya pancar radio komunitas ini juga cukup luas sehingga bisa dinikmati oleh warga di 5 kecamatan, yakni kecamatan Tanjung, Kecamatan Pemenang, Kecamatan Gangga, Kecamatan Kayangan dan Kecamatan Bayan.Tak heran jika para pendengar rakom Gita Swara juga tersebar di 5 kecamatan tersebut.
Marjadi menjelaskan, Segmen anak-anak dilayani melalui program ”Panggung Anak”yang disiarkan secara rutin minggu pagi. Bekerja sama dengan TK dan PAUD yang ada di wilayah kecamatan Tanjung, pengelola Rakom Gita Swara meminta para murid TK dan PAUD itu secara bergiliran mengisi acara yang disiarkan secara live tersebut. Mereka bisa menunjukkan bakat menyanyi atau berpuisi secara langsung kepada masyarakat. Sementara kalangan pelajar, mahasiswa dan pemuda umumnya menyukai acara “Musik Sita Pada” (Musik kita semua). Acara yang disiarkan rutin setiap jam …mendengarkan lagu-lagu pop yang tengah hits yang diselingi dengan saling berkirim salam dan kabar.
Pada pagi hari di hari-hari biasa ada program “SAPA GS” (Selamat pagi Gita Swara) dan “Mindaia” (music informasi dangdut dan India) yang berisi info terkini KLU serta tips-tips kerja yang didengarkan oleh para pekerja swasta maupun pegawai negeri yang siap-siap berangkat kerja. Hari senin ada tips-tips pendidikan yang ditujukan untuk pelajar dan guru dengan menghadirkan nara sumber. Misalnya, motivasi dan tip menghadapi ujian semester. Sore hari ada program “sasak ramputan” untuk ibu-ibu dan bapak-bapak yang lagi santai di rumah atau kerja di sawah sambil mendengarkan radio.  Malam hari ada program lagu-lagu kenangan untuk segmen pendengar kalangan orang tua.
Radio komunitas Gita Swara sudah menjadi layaknya radio resmi kecamatan Tanjung. Tak heran jika semua pihak yang tinggal di Tanjung mendukung dan berkontribusi terhadap keberlanjutan radio. Pendukung utama radio adalah dinas, SKPD dan pemerintah kecamatan dengan menjadikan radio sebagai media utama sosialisasi program. Toko-toko dan pengusaha di sekitar KLU juga berkontribusi lewat pemasangan iklan usaha local dan ILM di radio. Sementara masyarakat, khususnya fans radio, memberikan kontribusi jika terjadi kerusakan radio atau berpartisipasi dalam setiap event yang digelar radio. “Kami belum bisa meminta iuran atau sumbangan rutin ke masyarakat karena tidak ingin membebani mereka,” kata Baron.
·         Peran dan Kontribusi Rakom Gita Swara FM
Peran utama yang dijalankan Rakom Gita Swara FM tentu saja pemberian informasi dan hiburan. Radio muncul karena masyarakat tidak mendapatkan akses informasi dan hiburan yang sehat. Radio juga dianggap berjasa dalam mengembangkan potensi pemuda dan remaja setempat. Sebelumnya para pemuda dan kaum remaja tidak punya aktivitas yang bermanfaat dan hiburan. Akibatnya, Mereka sering nongkrong di pinggir jalan dan berbuat onar. Perkelahian dan tawuran antar pemuda atau pelajar di kecamatan Tanjung cukup tinggi. Radio kemudian merangkul dan mengorganisir mereka dalam bentuk kelompok kelompok fans club dan memfasilitasi dengan kegiatan yang positif. Salah satunya ….yang merupakan wadah pengembangan band-band local yang personilnya umumnya berasal dari kalangan pemuda dan remaja.
Radio komunitas Gita Swara FM juga terlibat aktif dalam proses pembentukan KLU (Kabupaten Lombok Utara) yang sebelumnya bergabung dengan kabupaten Lombok Barat. Radio banyak menginformasikan inisiatif dan proses pembentukan kabupaten baru ini ke masyarakat setempat. Bahkan, pada saat kabupaten ini disahkan, radio melakukan siaran langsung via handphone proses pengesahannya dari gedung DPR RI di Jakarta. Pembentukan kabupaten baru ini selanjutnya ditindaklanjuti dengan proses pembentukan pemerintahan daerah melalui pemilihan bupati dan DPRD. Dan, sekali lagi rakom Gita Swara terlibat aktif menyiarkan proses pemilihan tersebut. “Kami membantu menyiarkan kampanye semua calon sehingga radio ini dianggap mitra dan teman semua pihak. Ini yang membuat radio ini dekat dengan pemerintah daerah sehingga memudahkan divisi ILM dan dana dalam menawarkan kerja sama,” jelas Marjadi
Radio Komunitas Gita Swara FM juga dianggap berjasa dalam mengatasi persoalan-persoalan yang dihadapi masyarakat. Misalnya, pada saat terjadi kekeringan di kecamatan Kayangan dan Kecamatan Ganga, radio mendapatkan informasi dari pendengar yang menceritakan masalah itu saat ada dialog dengan BPBD (Badan Penanggulangan Bencana Daerah), KLU.Si pendengar mengusulkan air bersih agar Pemda segera mendrop air bersih yang menjadi kebutuhan pokok mereka. Keluhan masyarakat ini didengar langsung oleh ketua BPBD dan dibawa langsung ke forum koordinasi di koordinasi untuk ditindaklanjuti. Rekaman keluhan dan usulan masyarakat diputar di rapat itu dan langsung mendapat respon dari Pemda. Bupati langsung memberikan instruksi agar BPBD dan instansi terkait untuk memberikan bantuan air bersih dan bantuan lainnya bagi warga yang kekeringan.
Dengan segala program Siaran yang dilaksanakan oleh Gita Swara dan menyentuh langsung kepada kepentingan masyarakat, sehingga PNPM Kabupaten Lombok Utara melalui Lembaga RBM ( Ruang Belajar Masyarakat )  membantu pengadaan prangkat penyiaran melalui program Bansos senilai Rp. 12.000.000,00 yang diserahkan secara simbolik oleh Wakil Bupati pada HUT Kabupaten Lombok Utara ke IV di Lapangan Umum Supersemar Tanjung.
STRATEGI FUNDRAISING GITASWARA FM
·         Sumber-sumber Pendanaan Rakom Gita Swara FM
Seperti radio komunitas pada umumnya, pendanaan awal untuk pendirian radio disuport oleh Baron Araruna sebagai penggagas radio. Dukungan kemudian datang dari lingkungan terdekatnya, mulai dari istri, saudara dan teman-teman, yang membantu pendanaan maupun perangkat siaran untuk melengkapi sarana radio. Dukungan lainnya diberikan oleh teman-teman Baron dengan menyediakan waktu dan tenaga menjadi penyiar radio secara sukarela.
Untuk pengembangan radio, pengelola rakom selanjutnya menggalang dukungan dari banyak pihak. Selain untuk pendanaan operasional harian radio, dukungan itu juga diperlukan untuk pengembangan radio. Marjadi menjelaskan bahwa kebutuhan operasional dari tahun ke tahun terus meningkat. Pada tahun-tahun awal pendirian, radio bisa hidup dengan dana operasional Rp.200.000 per bulan. Radio juga mendapatkan surplus karena dana yang didapat dari KPP (kupon pilihan pendengar) cukup besar. Namun, seiring dengan menyusutnya pendapatan dari KPP, pengelola harus memutar otak untuk menggalang dukungan dari sumber-sumber pendanaan lainnya. Di sisi lain, dana operasional juga terus meningkat seiring dengan meningkatnya harga barang dan kebutuhan untuk perkembangan radio. “Saat ini kita butuh biaya operasional Rp.2,7 juta per bulan untuk pembayaran listrik, air dan uang transport untuk teman-teman yang jadi pengelola dan penyiar radio. Kalaupun ada surplus, kita alokasikan untuk pembelian alat dan memperbaiki alat yang rusak” kata Baron.
Sumber-sumber pendanaan rakom Gita Swara didapat dari:
a.       Donatur Perorangan dan komunitas
Dukungan dari donatur perorangan maupun komunitas umumnya didapat pada tahap awal pendirian radio. Masyarakat memberikan dukungan dalam bentuk sumbangan dana dan barang berupa perlengkapan peralatan siaran, seperti kaset, CD, dll. Donatur perorangan juga memberikan dukungan dalam bentuk pembelian kupon pilihan pendengar. Namun, dukungan ini mulai susah digalang seiring dengan berkembangnya hand phone. Dukungan dari perorangan selanjutnya digalang untuk keperluan yang sifatnya insidentil, seperti untuk kegiatan temu fans, event, atau membiayai kerusakan perangkat radio.  Selain itu, dukungan dari pendengar atau fans juga digalang untuk program-program sosial yang disiarkan oleh radio, seperti pembangunan masjid, membantu korban bencana atau menyantuni fans yang sakit atau mendapat musibah.

b.      Donatur Perusahaan & Usaha Komunitas
Dukungan dari perusahaan umumnya didapat dari perusahaan lokal atau usaha-usaha komunitas yang berlokasi di sekitar radio. Mereka memberikan dukungan dalam bentuk pemasangan iklan usaha lokal ataupun ILM. Pengelola rakom Gita Swara FM menetapkan beberapa skema pembiayaan bagi perusahaan lokal dan usaha komunitas yang disesuaikan dengan kemampuan mereka. Misalnya, untuk pedagang atau pengusaha kecil, seperti warung, bengkel sepeda, warung makanan, atau tukang potong rambut, bisa mempromosikan usahanya di radio hanya dengan memberikan kontribusi Rp.100.000/ bulan. Sementara untuk pengusaha atau toko sedang yang usahanya sudah berkembang atau mapan diminta berkontribusi Rp.300.000 per bulan untuk mempromosikan usahanya di radio. Sedangkan untuk perusahaan nasional atau perusahaan lokal yang menjadi cabang perusahaan nasional bisa berpromosi di radio dengan memberikan kontribusi Rp.500.000 per bulan.

Selain memberikan dukungan dalam bentuk kontribusi untuk iklan local atau ILM, perusahaan local maupun nasional juga memberikan dukungan dengan menjadi pendukung atau sponsor bagi kegiatan atau event yang diselenggarakan oleh radio. Dukungan diberikan dalam bentuk pemberian barang untuk door prize atau hadiah, voucher diskont ataupun dana.

c.       Pemerintah daerah
Sebagian besar dukungan pendanaan Rakom Gita Swara FM didapat dari pemerintah daerah. Dukungan pemerintah daerah diberikan melalui instansi atau SKPD yang melakukan kerja sama atau kemitraan dengan rakom Gita Swara FM untuk mensosialisasikan program atau kegiatannya melalui radio. Kemitraan ini umumnya dilakukan untuk jangka waktu minimal 3 bulan atau maksimal 1 tahun. Bentuk kemitraannya bisa beragam, mulai dari talkshow program, ILM, jingle, ucapan selamat atau pembelian air time untuk penyiaran informasi dan liputan langsung.
Bentuk dukungan lainnya dari pemerintah local adalah membantu mempromosikan radio ke semua pihak, khususnya ke sesama instansi pemerintah. Bantuan lain yang tak kalah pentingnya adalah informasi mengenai program. Sebulan sebelum kegiatan berlangsung, pengelola radio biasanya diberi tahu program atau kegiatan yang akan berlangsung. “Dengan begitu kita bisa menawarkan kerja sama. Kita tinggal jemput bola. Bupati dan camat juga menginstruksikan kepada dinas atau aparat untuk melibatkan kita dalam pelaksanaan program. Divisi ILM yang kemudian menindaklanjuti dengan mengirimkan surat kerja sama penyiaran dengan SKPD.”. kata Marjadi.
d.      NGO dan lembaga Donor
Dukungan, kerja sama dan kemitraan dengan NGO dan lembaga donor umumnya tidak dilakukan secara langsung, melainkan dari JKRK NTB atau dari LSM nasional yang menjalankan program di daerah di mana radio beroperasi. Dukungan dari lembaga donor/NGO ini umumnya diberikan melalui kerjasama penyiaran. Misalnya, Sebuah LSM di Jakarta melalui JRK NTB bermitra dengan rakom Gita Swara FM dan beberapa rakom lainuntuk penayangan sandiwara radio tentang buruh migrant. Selain dengan melalui JRK, Rakom Gita Swara mendapatkan dukungan dan kerja sama dengan lembaga donor atau LSM melalui Combine, Commond Ground VHR (Voice Human Right), dan sebagainya.  

·         Metode Fundraising Rakom Gita Swara
Pengelola rakom Gita Swara mengembangkan berbagai cara atau metode dalam menggalang dukungan dan kemitraan dengan banyak pihak. Untuk keberlanjutan radio. Secara umum ada 2 pola dan metode fundraising yang dijalankan oleh Rakom Gita Swara, yakni On air fundraising dan off air fundraising. On air fundraising dilakukan melalui pemanfaatan media siaran yang menjadi kegiatan utama radio untuk menggalang sumbangan, dukungan, kerjasama, dan kemitraan dengan pihak lain. Sementara off air fundraising merupakan kegiatan penggalangan dukungan dan kemitraan dengan tidak menggunakan media siaran yang menjadi kegiatan utama radio. Namun, dalam pelaksanaannya, strategi off air fundraising ini juga didukung dan ditunjang dengan kegiatan siaran. Misalnya, kegiatan event yang merupakan kegiatan off air akan berhasil jika dipromosikan secara gencar melalui siaran radio.
Pengelola rakom Gita Swara FM benar-benar memanfaatkan dan mengoptimalkan siaran radio untuk kegiatan fundraising, selain sebagai penyampai informasi dan media hiburan sebagai fungsi utama. Pengelola rakom Gita swara FM merancang berbagai skema yang bisa dimanfaatkan masyarakat, pengusaha dan pemerintah untuk mempromosikan produk, program atau visi misinya. Mereka menawarkan iklan dan ILM bagi pengusaha local yang ingin mempromosikan perusahaan atau produknya. Sementara ILM dalam bentuk ucapan selamat, himbauan atau info singkat juga ditawarkan kepada individu, perusahaan maupun instansi pemerintah. Penyampaian pesan juga bisa dikemas dengan menarik melalui jingle.
Bagi instansi pemerintah yang ingin diliput program atau kegiatannya secara langsung, rakom Gita Swara menyediakan program siaran langsung atau live dari lokasi kegiatan. Skema ini menawarkan kecepatan informasi sekaligus interaktif bagi mereka yang ingin program atau aktivitasnya diketahui oleh masyarakat. Talk Show bisa menjadi pilihan bagi instasi pemerintah atau lembaga yang ingin menyampaikan informasi secara detail dan panjang lebar. Sebagian paket on air ini ditawarkan melalui kontrak kerja sama jangka pendek. Misalnya, pengusaha atau pemerintah bisa mengambil paket iklan usaha local dan ILM untuk jangka waktu 1 bulan dengan frekuensi penayangan 3 – 5 kali perhari. Sebagian lainnya ditawarkan dalam bentuk kerja sama jangka panjang. Misal, radio menawarkan jasa promosi atau sosialisasi program tertentu untuk jangka waktu 6 bulan sampai 1 tahun. Bentuk siarannya bisa talkshow, liputan langsung, pembelian air time, ILM atau kombinasi dari kesemuanya. Tak heran jika ada instansi pemerintah yang bekerja sama dalam jangka 1 tahun untuk mempromosikan program dalam bentuk talkshow, ILM dan liputan live.
Sementara metode off air fundraising yang banyak dijalankan adalah penyelenggaraan event, baik event yang bersifat profit maupun non profit. Event non profit digelar tidak secara khusus untuk mencari dana, namun sebagai upaya mempererat hubungan dan memperluas jaringan, serta memperkuat brand radio di mata masyarakat. Event ini menjadi semacam investasi jangka panjang untuk menunjang kegiatan fundraising yang dilakukan radio. Rakom Gita Swara FM dikenal sebagai radio yang rutin menyelenggarakan event, mulai event kecil sampai kegiatan akbar yang melibatkam massa dalam jumlah besar. Beberapa event yang pernah digelar diantaranya konser dangdut, pagelaran band, pameran bonsai, lomba menggambar, dan sebagainya. Dari event-event inilah pengelola rakom mendapatkan penghasilan melalui penjualan tiket, pendaftaran maupun dukungan perusahaan yang menjadi sponsor.
No.
Metode  Fundraising
bentuk
contoh
1
On Air Fundraising
Iklan usaha lokal
Promosi toko, warung, bengkel, dll
ILM
Ucapan selamat lebaran, info program pemerintah, himbauan, dll
Siaran Live
Reportase lapangan, peresmian, kampanye, penyampaian visi dan misi calon, dll
Penjualan air time
Sandiwara radio, info program, dll
Talk show
Info program, kiat dan tips, dll
Jinggle
Info program dan produk
2
Off Air Fundraising
Event
Konser band, lomba m,ewarnai, pameran, dll
kemitraan
Pengembangan keterampilan menjahit
Unit usaha
Penjualan voucher HP
Iuran & Sumbangan
Sumbangan sukarela untuk korban bencana, sumbangan peralatan, iuran temu fans, dll


·         Persiapan Radio dalam melakukan Fundraising
“Agar rakom Gita Swara bisa terus mengudara dan program siarannya bermutu serta bervarisasi, minimal kita harus mendapatkan dukungan pendanaan Rp.2,7 juta per bulan.”Kata Marjadi, direktur rakom Gita Swara FM. Radio ini memang berusaha keras untuk terus eksis dan menyapa komunitas yang menjadi pendengarnya. Karenanya, pengelola rakom berusaha untuk mencari peluang pendanaan, memperluas jaringan dan menjalin kemitraan dengan banyak pihak. “Program siaran yang bermutu dan bervariasi memang menuntut adanya dukungan pendanaan dari semua pihak, katanya.
Upaya penggalangan dana dilakukan mengacu pada kebutuhan dan rancangan anggaran yang sudah ditetapkan. Meski di rakom Gita Swara ada divisi dana dan ILM yang secara khusus ditugaskan untuk menggalang dukungan pendanaan, semua pengurus dan pengelola radio mendukung kerja divisi ini.. Direktur, manajer dan divisi yang lain juga ikut menopang kerja atau program-program yang mereka tawarkan. Misalnya, direktur dan manajer Gita Swara yang memiliki jaringan luas serta dikenal banyak pihak berperan sebagai “pembuka pintu” untuk melakukan fundraising. Merekalah yang memberikan rekomendasi pihak-pihak mana saja yang bisa didekati dan dikirimkan tawaran kerja sama. Mereka juga yang melakukan pembicaraan awal untuk menjajaki kerja sama tersebut.
 Divisi dana dan ILM kemudian menindaklanjutinya dengan mengirimkan proposal penawaran dan melakukan presentasi jika diperlukan. Divisi program juga membantu merancang program-program yang berpotensi untuk ditawarkan dan menjadi minat perusahaan atau instansi yang didekati. Beberapa skema dukungan dan kemitraan yang ditawarkan adalah memasang ILM (Iklan Layanan masyarakat), talk show, pembelian airtime, ucapan selamat atau duka cita, liputan live, sampai support event yang diselenggarakan oleh Rakom Gita Swara.
Proposal dan pertemuan informal merupakan tools atau sarana utama radio Gita swara dalam melakukan fundraising. Proposal banyak digunakan untuk menjajaki kemitraan dengan perusahaan besar atau dengan instansi pemerintah, sementara pendekatan kepada donatur atau mitra dari perusahaan kecil dilakukan melalui pertemuan informal. Melalui proposal mereka menjelaskan program atau skema kemitraan yang ditawarkan kepada calon mitra atau donatur. Namun, sebelum memasukkan proposal, direktur atau manajer radio biasnya melakukan pendekatan atau pembicaraan informal dengan calon mitra atau donatur untuk mencari data awal atau menjajaki kerja sama yang bisa dilakukan. Pendekatan informal ini bisa dilakukan melalui pertemuan informal ataupun pembicaraan lewat telepon. Dalam beberapa kasus, calon mitra juga mereka untuk datang guna mempresentasikan proposal atau mendiskusikan bentuk kerja samanya.
Sedangkan tools pendukung yang juga banyak berperan dalam fundraising adalah data base mitra atau donatur dan data base fans. Data base mitra bermanfaat untuk mengetahui kerja sama atau dukungan yang sudah pernah diberikan oleh donatur atau mitra tersebut. Data base juga bisa memberikan informasi dan inspirasi bagi pengelola radio mengenai bentuk-bentuk kemitran dari donatur lain yang bisa ditawarkan kepada calon donatur. Selain itu, data base mitra juga berguna untuk memberika legitimasi atau kepercayaan pada calon mitra mengenai pengalaman kemitraan dan dukungan yang didapat radio dari berbagai pihak.  
Sementara data base fans bermafaat dalam menggalang dukungan dari fans. “Saat ini fans yang tercatat di data base kami sebanyak 7500 orang,” kata Baron. Lewat data base itulah, mereka bisa mengubungi dan menawarkan fans untuk berpasrtipasi dalam suatu program atau memberikan dukungan. Data base fans juga menjadi modal besar bagi radio dalam menawarkan kemitraan dengan perusahaan. Mereka bisa meyakinkan calon mitra bahwa sosialisasi program atau promosi produknya akan sampai ke target yang tepat.
·         Tim Fundraising Rakom Gita Swara FM
Untuk mengalang dukungan pendanaan dan kemitraan dari berbagai pihak, pengelola Rakom Gita Swara membentuk divisi dana dan ILM yang ditugaskan secara khusus untuk mencari dan menciptakan peluang-peluang pendanaan. Divisi yang berperan sebagai tim fundraising ini terdiri dari 2 orang dan bertugas mengidentifikasi pihak-pihak yang bisa diajak sebagai mitra atau donatur untuk mendukung keberlanjutan radio. “Kami dibekali trik-trik khusus bagaimana melakukan pendekatan kepada calon mitra atau donatur. Misalnya, bagaimana mendekati tokoh atau pimpinan di instansi atau perusanaan tertentu agar mereka mau menerima tawaran kerja sama atau kemitraan dari kami,” kata Suhaerudin, ketua divisi dana dan ILM Rakom Gita Swara.
Untuk meningkatkan dan menggairahkan kerja tim dana dan ILM ini, pengelola rakom juga memberikan insentif bagi setiap kerja sama atau dukungan pendanaan yang mereka dapat. “Kami memberikan insentif 10% sampai 20% dari total dana yang berhasil mereka dapat dari mitra atau donatur,” kata Baron Araruna, manajer Rakom Gita Swara. Insentif ini tidak hanya diberikan kepada personil dari divisi dana dan ILM, tapi juga kepada staf divisi lainnya yang punya inisiatif, ide tau program yang bisa ditawarkan kepada calon mitra atau donatur. “Kami juga memberikan tunjangan kesehatan jika mereka sakit atau tunjangan kesejahteraan yang diberikan menjelang hari araya atau akhir tahun. Meski jumlahnya tidak terlalu besar, namun itu cukup berarti bagi staf yang sebagian besar bekerja secara part time atau volunteer,” kata Baron.
Marjadi menambahkan bahwa pembuatan tim fundraising ini sangat berdampak pada  kegiatan penggalangan dana yang dilakukan rakom gita swara serta menjamin keberlangsungan operasional radio dan program-program siaran dan non siara yang mereka jalankan. Dari segi kuantitas, misalnya, jumlah dukungan pendanaan yang didapat rakom ini terus meningkat dari tahun ke tahun. Kalau tahun-tahun sebelumnya mereka hanya bisa mendapatkan dana Rp.2 juta per bulan, dalam dua tahun terakhir mereka sudah bisa menjaring dana Rp.4 juta perbulan. Jumlah mitra dan donatur radio juga terus bertambah dan bervariasi karena divisi dana dan ILM secara intens mencari dan memperluas kemitraan dengan instansi dan perusahaan baru, serta melakukan perawatan kepada mitra yang sudah ada dengan menjaga komunikasi dan relasi dengan mereka. Bahkan, tahun ini mereka bisa menjalin kerja sama jangka panjang dengan beberapa instansi pemerintah dan perusahaan.  “Yang lebih penting, kami bisa bersiaran secara konsisten dan berkelanjutan, memiliki perangkat siaran yang memadai, serta merancang program-program siaran yang bervariasi dan bermutu bagi komunitas. Karena, ujung dari fundraising yang kita lakukan adalah untuk menjamin keberlanjutan siaran dan melayani komunitas dengan memberikan informasi dan hiburan,” kata Marjadi
Analisis SWOT Radio Gita Swara
Eksistensi dan keberlanjutan radio Gita Swara sampai saat ini dipengaruhi oleh factor internal dan eksternal radio yang bisa mendukung dan mengjambat perkembangan radio. Factor internal berkaitan dengan kekuatan dan kelemahan radio, sementara factor eksternal lebih berkaitan dengan peluang dan ancaman di luar radio.
Berikut analisis factor-faktor pendukung dan penghambat perkembangan radio yang dilakukan melalui analisis SWOT (Strength, Weakness, Opportunity dan Treath).
Kekuatan/ Strength Radio Gita Swara:
1.       Radio Gita Sudah dikenal luas di kabupaten Lombok Utara, khususnya di Kecamatan
2.       Radio suara memiliki tim yang solid dalam mengelola operasional radio yang pembagian fungsi dan perannya cukup jelas dan berjalan baik
3.       Radio memiliki perencanaan keuangan dan strategi fundraising yang baik
4.       Pengelola radio memiliki kredibilitas yang baik, duduk di beberapa lembaga pemerintahan dan memiliki jaringan yang luas
5.       Pengelola radio memiliki kapasitas yang baik dalam merancang program radio sekaligus mengidentifikasi potensi-potensi sumber daya yang bisa mendukung program tersebut
Kelemahan Radio Gita Swara:
·         Kedekatan pengelola radio dengan birokrat dan pemerintah lokal bisa mengancam independensi dan menyulitkan radio dalam menjalankan fungsi control dan pengawasan
·         Tidak adanya kebijakan terkait fundraising bisa merusak kredibilitas radio dan membuat kegiatan fundraising berjalan tanpa arah
·         Struktur organisasi yang masih belum sesuai dengan pedoman pendirian radio komunitas (tidak ada DPK/ Dewan Penyiaran Komunitas)
·         Radio belum memiliki ijin prinsip siaran dan hanya mengantongi RK yang menjadi penghambat dalam melakukan kerja sama jangka panjang dengan perusahaan
·         Studio siaran yang masih menumpang
Peluang Radio Gita Swara:
·         Radio Gita Swara menjadi satu-satunya radio yang eksis di kecamatan Tanjung sehingga bisa menjadi pemain utama dalam sosialisasi program pemerintah maupun promosi usaha komunitas
·         Pemerintah melihat radio punya peran yang siginifikan dalam penyampaian infornasi
·         Masing-masing dinas dan SKPD punya anggaran sosialisasi program yang bisa digalang sebagai sumber pendanaan radio
·         Event Pemilu dan pilkada yang bisa dimanfaatkan untuk menawarkan sosialisasi program bagi partai maupun calon anggota DPR/DPRD dan DPD

Tantangan Radio Gita Swara:
·         Listrik yang sering padam mengganggu kelancaran siaran dan membuat operasional tinggi karena peralatan menjadi cepat rusak
·         Berkembangnya media media lokal (radio, tv, dan website) yang bisa merebut mitra atau donatur radio

Menjaring Dukungan, Mengembangkan Kemitraan
Pasca memudarnya pamor kupon pilihan pendengar (KPP) karena masuknya HP, Rakom Gita Swara pernah limbung karena minimnya dukungan pendanaan. Maklumlah, penjualan kupon saat itu menjadi sumber pendapatan utama radio. Pengurus dan pengelola radio kemudian memutar otak dan mengidentifikasi sumber-sumber pendanaan lainnya yang bisa digalang untuk mendukung dana operasional dan keberlanjutan radio. Mereka kemudian melihat instansi pemerintah, SKPD dan pemerintah kecamatan sebagai donatur dan mitra potensial yang bisa digalang melalui skema kemitraan. Seiring dengan lahir dan berkembangnya Kabupaten Lombok Utara sebagai kabupaten baru, pemda setempat memerlukan mitra untuk menyampaikan informasi program-program pembangunan. Posisi radio Gitas Swara di ibu kota propinsi membuat radio ini punya daya tawar yang tinggi sebagai mitra strategis dalam penyampaian informasi pembangunan.
Penjaringan dukungan dan kemitraan dianggap potensial karena hampir semua instansi dan SKPD memiliki kebutuhan untuk menginformasikan dan mensosiliasikan program-programnya. Mereka juga memiliki alokasi dana yang bisa diakses untuk mendukung program sosialisasi tersebut. Upaya ini juga dianggap penting agar alokasi dana tersebut bisa daidayagunakan secara optimal dan member manfaat kepada masyarakat. upaya penyampaian informasi akan optimal jika dikemas dan disampaikan dengan baik melalui radio. Ini sekaligus menghindari penggunaan dana untuk informasi yang terkesan serabutan dan tidak terencana dengan baik sehingga informasi program pembangunan tidak sampai ke masyarakat.
Untuk mengembangkan kemitraan dan mengakses potensi sumber dana untuk keperluan sosialisasi ini, ada bererapa tahapan atau langkah yang dilakukan pengelola Gita Swara FM.
·         Gita swara FM secara aktif terlibat dalam menyiarkan berbagai program instansi dan SKPD yang ada di lingkungan KLU. Sebagian informasi itu disiarkan secara live dan melibatkan kepala dinas atau pimpinan instansi sebagai nara sumber. Sebagian besar upaya ini dilakukan tanpa memungut banyaran dari instansi tersebut. “Ini semacam servis, investasi dan pancingan dari kami untuk mendekatkan hubungan kami dengan mereka.,”kata Marjadi
·         Pimpinan Gita swara dan staf maupun reporter secara aktif menjalin hubungan dengan pimpinan instansi dan SKPD terkait. Secara rutin dilakukan pertemuan formal dan non formal untuk mempererat hubungan sekaligus mencari informasi dan menjajaki peluang kerja sama dan kemitraan yang dimungkinkan.
·         Pengelola rakom Gita Swara menawarkan berbagai skema kerja sama berdasarkan informasi program yang didapat dari pimpinan atau staf staf SKPD. Tawaran kerja sama itu lebih terarah dan spesifik karena dirancang berdasarkan kebutuhan dan rencana program yang akan dijakankan
·         Pengelola rakom juga mengundang kepala dinas atau SKPD untuk menghadiri berbagai event yang digelar rakom yang melibatkan massa dalam jumlah besar. Tak jarang juga radio memberikan kesempatan kepada mereka untuk memberikan kata sambutan atau membuka acara tersebut. Dengan upaya ini, pemerintah daerah merasa lebih dihargai dan mendapatkan apresiasi dari radio

Upaya penggalangan dukungan dan kemitraan dari pemerintah local ini dilakukan oleh direktur, manajer dan divisi dana dan ILM. Direktur bertugas “membuka pintu” dengan bertemu secara formal dan informal dengan pimpinan SKPD atau perusahaan. Melalui pertemuan tersebut,  dia mencari tahu info mengenai program-program SKPD atau program-program promosi dan CSR perusahaan. Direktur kemudian memberikan masukan dan rekomendasi kepada manajer mengenai program dan kerja sama yang bisa ditawarkan. Manajer selanjutnya membuat surat tawaran kerja sama penyiaran berdasarkan masukan direktur dan program-program siaran dan non siaran yang ada di radio. Surat berikut proposal kerja sama itu dibawa oleh bagian dan dan ILM untuk disampaikan kepada calon mitra.
 Pengelola radio menargetkan ada 3 – 4 talkshow dan beberapa iklan ILM dari SKPD-SKPD yang ada di pemda KLU. Untuk memenuhi target itu, pengelola melakukan pendekatan secara aktif ke dinas-dinas dan SKPD. Selain direktur, manajer dan divisi dana dan ILM juga mendatangi SKPD dan menjelaskan bahwa masyarakat di kecamatan Tanjung ingin tahu mengenai program yang tengah dikelola SKPD tersebut. Pengelola radio memberikan kesempatan kepada masing-masing SKPD untuk menginformasikan programnya via rakom. Kita berdiskusi untuk mencari cara-cara yang efektif dalam menyampaikan informasi tersebut ke masyarakat.
Tawaran kerja sama kepada SKPD dan instansi pemerintah juga dilakukan berdasarkan pemetaan kebutuhan dan potensi di KLU. Misal, pengelola rakom mengetahui bahwa KLU punya potensi besar umbi-umbian. Sayangnya, potensi belum dimanfaatkan oleh masyarakat. Umbi-umbian ini juga bisa menjadi bahan pangan alternative pengganti beras. Ini sesuai dengan program ketahanan pangan yang saat ini tengah dilakukan oleh pemerintah. Pengelola radio kemudian menyampaikan dan mendiskusikan informasi ini kepada SKPD terkait. Dari diskusi itu kemudian disepakati untuk membuat program talk show guna menginformasikan mengenai konsumsi umbi-umbian pengganti beras sebagai salah satu bentuk program ketahanan pangan. Ini dianggap penting untuk mengurangi ketergantungan terhadap beras.
Selain pemerintah local, tawaran kemitraan juga disampaikan kepada perusahaan local ataupun perusahaan nasional yang membuka cabang di KLU. Rakom Gita Swara pernah bekerja sama dengan sebuah operator telepon untuk penyediaan kartu voucher bagi pendengar yang menelpon dengan menggunakan Handphone. Perusahaan juga memberikan kesempatan kepada rakom untuk menyeebar kartu perdana sebanyak-banyaknya. Sebagai kontribusinya, Mereka juga memberikan hadiah pada penelpon atau pengirim sms terbanyak. Mereka juga mensponsori kegiatan yang dilakukan rakom dengan membuatkan dibuatkkan banner, spanduk dan saranan promosi lainnya. “Sayangnya, kita tidak dapat pemasukan dari pulsa yang digunakan pemirsa. Penjualan pulsa juga tidak kita teruskan karena susah dikelola dengan baik”. Kata Baron.
Salah satu kunci keberhasilan radio dalam melakukan kemitraan adalah kemampuan pengelola rakom dalam menjelaskan kelebihan rakom dan keunikan radio kepada calon mitra. Pada saat pendekatan, pengelola rakom membawa proposal yang salah satunya berisi profil radio Gita Swara. Dalam profil itu disejelaskan mengenai jangkauan siaran radio ini yang meliputi 5 kecamatan dan segmen penggemarnya. Selain itu disertakan juga legalitas radio seperti akte notaries, RK dari KPID dan nomor NPWP. Mereka juga meyakinkan calon mitra bahwa rakon Gita Swara FM bersiaran secara rutin sehingga keberlanjutan kerja sama dan promosi program bisa dijamin.
Calon mitra diyakinkan bahwa radio ini sangat tepat dan strategi untuk membantu mereka mengkomunikasikan program-programnya ke masyarakat. “Dengan menjelaskan keunggulan-keunggulan itu, mereka tertarik untuk kerja sama. Mereka awalnya coba-coba dengan membuat kerja sama jangka pendek yang kemudia dievaluasi efektivitasnya. Begitu dirasakan efektif, mereka sendiri yang kemudian datang dan mengajukan untuk kerja sama jangka panjang.” Kata Suhaerudin, ketua divisi dana dan ILM Rakom Gita Swara. Misalnya, dinas pertanian dating sendiri setelah mereka tahu bahwa kerja sama sebelumnya sangat efektif. Pengalaman kerja sama dengan suatu instansi atau perusahaan ini juga kita gunakan sebagai rekomendasi untuk bekerja sama dengan instansi atau perusahaan lain. “Intinya kami selalu mengungkapkan 2 hal saat menawarkan kerja sama: keunggulan radio kami dan kebutuhan masyarakat untuk mendapatkan dan mengetahui informasi program dari instansi tersebut,” kata Suhaerudin
Tabel Kerjasama dan mitraan Radio Gita Swara FM dengan instansi dan perusahaan
No.
Nama Mitra (perusahaan/instansi/
SKPD, lembaga social, dll)
tahun
Program kemitraan
Bentuk acara
Kontrbusi
Mitra
1
Perasatuan aliansi adat Lombok Utara ( Perkat Ombara )
2010
Pelestarian Adat dan Budaya Lokal ( Baca Hikayat )
Talkshow, Membaca Hikayat setiap malam Jum’at )
Talkshow Rp. 700.000/siaran
Hikayat Rp. 300.000/Bulan
2
BPBD Kab. Lombok Utara
2011
Informasi dan siaran langgsung simulasi menghadapi bencana
Talkshow, ILM, siaran Langsung
Talkshow, simulasi Rp. 500.000/siaran
ILM Rp. 450.000/bln
3
KLH kab. Lombok Utara
2011
Informasi tentang penting lingkungan sehat dan pemberdayaan pekarangan
Talkshow dan ILM
Talkshow, simulasi Rp. 500.000/siaran
ILM Rp. 450.000/bln
4
Ketahanan Pangan KLU
2012
Umbi-umbian sebagai pengganti beras ( nasi )
Siaran langsung lomba pembuatan jajan bahan dasar umbi-umbian oleh dharma wanita
Talkshow, simulasi Rp. 500.000/siaran
ILM Rp. 450.000/bln
5
Kapolsek Tanjung
2012
Informasi tentang modus penculikan
Talkshow
Talkshow, simulasi Rp. 500.000/siaran
ILM Rp. 450.000/bln
6
PNPM kab. Lombok Utara
2012
Ruang Belajar Masyarakat ( RBM )
Siaran Langsung
Talkshow, simulasi Rp. 500.000/siaran
ILM Rp. 450.000/bln
7
KPU NTB
2012
Publikasi Tahapan dan penetapan DPT Pilkada Gubernur NTB tahun
ILM
Rp. 15.000/spot Iklan
Tayangan 4 x sehari dalam 1,5 bulan
8
KPU NTB
2013
Publikasi Tahapan dan penetapan dan tata cara pemilihan pada Pilkada Gubernur NTB tahun
ILM
Rp. 15.000/spot Iklan
Tayangan 4 x sehari dalam 1,5 bulan

Telkomsel

Tak ada program spesifik
ILM, penjualan voucher, sponsor event


Perusahaan PJTKI

informasi ketenagakerjaan
ILM, talkshow, liputan


Krida

Tak ada program spesifik
ILM dan sponsor event




Pengembangan ekonomi lokal
Kursus keterampilan menjahit



Fundraising Event: Mendulang Dukungan, Merawat Hubungan
Salah satu strategi yang digunakan Rakom Gita Swara dalam mendapatkan sumber pendanaan adalah menggelar event. Marjadi, Direktur Gita Swara, menjelaskan bahwa ada dua jenis event yang biasa digelar oleh radionya, yakni event yang bersifat profit atau fundraing event dan event yang bersifat non profit. Event profit sengaja dirancang dan digelar untuk mendapatkan pendanaan, baik dari tiket, sponsor maupun sumber lainnya. Sementara event non profit lebih ditujukan untuk menjaga relasi, menjaga brand radio, atau memperluas jaringan. “uang atau keuntungan tidak menjadi tujuan utama, tapi lebih menjaga hubungan dan komunikasi kita dengan fans, mitra, pendukung atau masyarakat pendengar. Event digelar untuk mengingatkan fens terhadap keberadaan kita. Ini investasi untuk memperluas jangkauan dan meningkatkan brand radio. Dengan event ini kita bisa ketemu dan menaga hubungan. Kita anggap ini investasi agar nama kita tetap terlihat dan dikenal luas.” Katanya.
Salah satu event non profit yang rutin digelar adalah temu fans. Untuk penyelenggaraan event ini, coordinator fans di masing-masing daerah yang biasanya bergerak untuk menjaring dukungan pendanaan. “Misalnya, mereka ditarik iuran Rp.5000 sampai Rp.10.000 per orang untuk kebutuhan konsumsi mereka sendiri,” kata. Sementara untuk kebutuhan lainnya, seperti pengisi acara, door prize, tenda, sound system, akan digalang pengelola radio dari perusahaan atau instansi yang menjadi mitra atau donatur. “Untuk mengisi dan memeriahkan acara, kami mendapatkan dukungan dari 37 band local yang menjadi binaan kami,” kata Marjadi.
Sementara event profit atau event untuk keperluan penggalangan dana biasanya dipersiapkan lebih panjang dan serius. Bentuk atau jenis event yang digelar biasanya disesuaikan dengan trend  yang sedang berkembang atau atas permintaan masyarakat. Misal, saat masyarakat gandrung band, radio menyelenggarakan lomba dan pementasan band.  Sedangkan saat music dangdut tengah naik daun lewat acara KDI di TPI, radio menggelar event konser dangdut dengan mengundang Sahid dan Ramen, pedangdut jebolan KDI yang berasal dari Lombok. Konser ini sukses besar karena sebagian besar masyarakat memang ngefans berat dengan dua penyanyi tersebut. Sementara event lainnya, seperti lomba menggambar atau pameran bonsai digelar atas permintaan dari masyarakat. “Untuk menampilkan acara yang unik dan punya daya jual memang diperlukan kejelian dan pengamatan untuk mengetahui minat dan keinginan masyarakat.”
Kegiatan event juga dikaitkan dengan hari-hari besar nasional atau momentum local. Misal, pengelola juga selalu menyelenggarakan event menyambut HUT KLU. Rakom juga menggelar lomba menggambar dengan menggandeng dinas LH yang dikaitkan dengan hari lingkungan hidup. Keterlibatan dalam hari-hari besar itu selain dalam rangka menggalang dana dan mempromosikan radio, juga dimaksudkan untuk mendekatkan diri dengan pemda KLU. Ini juga dilakukan agar program non siaran tidak kosong. Dari event-evet itu radio mendapatkan kontribusi untuk kegiatan live event atau liputan yang dilakukan.
Event terakhir yang digelar oleh pengelola Rakom Gita Swara adalah Pameran Bonsai awal januari 2013 lalu. Event ini diglelar seiring dengan berkembangnya minat dan hobi masyarakat terhadap tanaman bonsai. Pameran itu juga diisi bursa jual beli bonsai dan pelatihan pembuatan bonsai. Untuk meramaikan pameran dan menjaring penonton dari segmen remaja, pengelola menyelenggarakan konser band local di sela-sela kegiatan pameran.
Beberapa event yang pernah digelar oleh Radio komunitas Gita Swara FM antara lain:
Tabel Event Radio Gita Swara FM
No.
Nama Event
tahun
tempat
Mitra/sponsor
Pendapatan dari event
1
Konser Sahid KDI
2010
Lapangan Umum Supersemar Tanjung
-
Rp. 17 juta
2
Konser Sahid dan Rames KDI
2010
Lapangan Umum Supersemar Tanjung
-
Rp. 2.5 juta
3
Konser Eka Bima KDI
2010
Lapangan Umum Bayan ( selengen )
-
Rp. 3 juta
4
Festipal Musik 
2011
Gedung Film Tanjung
LA Light
Rp. 500 ribu
5
Pameran Bonsai
2011
Lapangan Umum Supersemar Tanjung
Paguyuban Paer Gadang
Rp. 500 ribu
6
Pagelaran  Musik Dayan Gunung
2011
Mur Jumeneng
-
Rp. 500 ribu
7
Pameran Bonsai HUT Kab. Lombok Utara 3
2012
Lapangan Umum Supersemar Tanjung
Pemda Kab. Lombok Utara
Rp. 1 juta
8
Lomba Mewarnai
2012
Aula KUD Tanjung
PLN Cab. Mataram
Rp. 500 ribu
9
Pagelaran Musik Lokal dan Jambore PNPM
2012
Lapangan Umum Supersemar Tanjung
PNPM
Rp. 500 ribu
10
Jambore Pramuka dan Penghijauan
2013
Nipah
Pemda Kab. Lombok Utara
Rp. 500 ribu

Event yang dilakukan biasanya dikelola oleh panitia yang dibentuk oleh pengelola radio. Mereka umumnya berasal dari staf divisi dana dan ILM dibantu oleh divisi yang lain serta beberapa fans sebagai volunteer. Meski ada tim inti, pelaksanaan event dikelola secara kolektif. Misalnya, direktur atau manajer yang punya akses atau jaringan menghubungi manajemen artis yang akan diundang di Jakarta atau Mataram. Mereka juga terlibat dalam melobi pemda dan aparat setempat untuk pengurusan ijin. Sementara pencarian sponsorship dilakukan oleh divisi ILM dan dana
Marjadi Menjelaskan, salah satu kunci keberhasilan penyelenggaraan event fundraising adalah skema penggalangan dana. “Kita harus memperhitungkan, dari pos mana saja kita dapat dana. Apakah dari tiket, pendaftaran, atau sponsorship[“ katanya. Misalnya, pada saat menggelar event Dangsut Sahid KDI, sumber penghasilan terbesar diharapkan datang dari penjualan tiket. Mereka mencetak 5000 lembar tiket dan dujual Rp. 15.000 per lembar. Harga tiket sudah diperhitungkan dan disesuaikan dengan daya beli masyarakat. Selain tiket, sumber penghasilan juga diharapkan datang dari penjualan  tiket parkir yang juga dikelola radio bekerja sama dengan pemuda setempat. Konser itu berjalan sukses dan radio bisa menjaring penghasilan sampai Rp.17 juta. “Dalam sekali penyelenggaraan event, panitia bisa mendapatkan keuntungan bersih  Rp. 10 juta sampai Rp.15 juta. Namun, panitia juga harus menyiapkan anggaran Rp.34 juta sampai 40 juta,” katanya.

Pelajaran Berharga

Kesuksesan pengelola Rakom Gita Swara FM untuk mengembangkan dan menjamin keberlanjutan radionya tidak dilalui dana waktu yang singkat. Butuh waktu lama untuk mencapai prestasi tersebut disertai dengan komitmen yang kuat dan kerja keras untuk memperjuangkan radio agar terus berkembang dan berkelanjutan.

Beberapa pelajaran berharga yang bisa dipetik dari pengalaman pengelolaan rakom Gita Swara FM adalah:

PertamaTim yang solid dengan pembagian kerja yang jelas sangat diperlukan dalam pengelolaan radio komunitas, khususnya dalam kegiatan fundraising. Kerja tim juga perlu ditunjang dengan dukungan pimpinan serta anggota tim yang lain. Tim juga perlu didukung dengan iklim kerja yang kondusif dalam bentuk pemberian insentif, penghargaan dan sebagainya.

Kedua, Pengelolaan radio, terutama dalam penggalangan dana untuk keberlanjutannya, perlu ditunjang dengan perencanaan yang matang. Perencanaan itu salah satunya dengan menetapkan kebutuhan dan anggaran yang dibutuhkan untuk operasional dan pengembangan radio komunitas. Dengan perencanaan ini, tim fundraising bisa menentukan target dan sasaran fundraising serta pihak-pihak yang akan digalang dan diajak bekerja sama.

Ketiga, kejelian pengelola rakom dalam mengidentifikasi kebutuhan yang ada di komunitas dan mengaitkannya dengan potensi yang dimiliki radio untuk memenuhi kebutuhan tersebut. Pengelola rakom juga perlu melihat momentum yang bisa dimanfaatkan untuk menawarkan produk siaran kepada mitra. Hal Ini dilakukan pengelola rakom Gita Swara FM dengan mengidentifikasi kebutuhan para pemilik toko pakaian, toko buku, atau toko perlengkapan sekolah untuk mempromosikan produknya pada saat tahun ajaran baru. Mormentum itu dimanfaatkan radio untuk menawarkan iklan promosi usaha komunitas kepada calon-calon mitra potensial tersebut.